Hilirisasi Batubara Masih Berlanjut, 6 Perusahaan Masih Melakukan Studi Kelayakan



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pelaksanaan proyek hilirisasi batubara masih berjalan. Saat ini ada 6 perusahaan yang tengah melakukan kajian keekonoian dan studi kelayakan.

"Untuk hilirisasi masih dalam proses," ungkap Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Surya Herjuna kepada Kontan, Selasa (17/9).

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menawarkan ke Tiongkok untuk mengembangkan dan peningkatan nilai tambah (PNT) batubara dalam bentuk produk lain, seperti coal quality improvement (coal upgrading), coal briquetting, cokes making dan coal liquefaction. Penawaran dilakukan secara langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Suswantono di ajang The 7th Indonesia China Energy Forum (ICEF) awal September lalu.


Guna mendukung percepatan pengembangan program tersebut, selain menyediakan tiga insentif, pemerintah juga mewajibkan perpanjangan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), badan usaha harus menyampaikan rencana pengembangan dan/atau pemanfaatan batubara.

"Saat ini sudah ada 6 IUPK yang telah merencanakan pengembangan Batubara menjadi gas, pupuk dan kokas. Status saat ini sedang melakukan kajian keekonomian dan studi kelayakan dan semoga pada tahun 2030 sudah bisa commissioning," ujar Bambang.

Baca Juga: Kaltim Prima Coal Berencana Gandeng Mitra Garap Hilirisasi Batubara

Sejumlah perusahaan batubara pun memastikan berbagai persiapan kini telah dilakukan untuk menggarap proyek hilirisasi batubara.

Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Niko Chandra mengatakan, pihaknya telah melakukan persiapan untuk mendukung hilirisasi batubara dan menjaga ketahanan energi nasional.

"PTBA telah mengalokasikan cadangan batubara khusus untuk proyek hilirisasi sehingga kebutuhan batubara untuk industri hilirisasi dapat terjamin," ungkap Niko kepada Kontan, Selasa (17/9).

Niko menjelaskan, PTBA pun membuka peluang kerjasama untuk menggarap proyek hilirisasi batubara ini. Sebelumnya, PTBA berencana menggarap proyek Coal to Dimethyl Ether (DME) bersama Air Products and Chemicals Inc. Perusahaan asal Amerika Serikat ini akhirnya menyatakan mundur dari proyek dengan investasi US$ 2,1 miliar ini.

Terbaru, PTBA bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai proyek percontohan konversi batubara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet sebagai bahan baku baterai Lithium-ion (Li-ion).

Artificial Graphite adalah bahan utama dalam pembuatan anoda. Sementara Anode Sheet merupakan elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi oksidasi (kutub positif), yang menjadi salah satu komponen penting baterai Li-ion.

Sementara itu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava mengatakan, pihaknya berencana melakukan pengumuman pada akhir tahun ini terkait proyek hilirisasi yang tengah dilaksanakan.

"Akan ada kemungkinan untuk pengumuman (perkembangan proyek) sekitar akhir tahun ini," kata Dileep kepada Kontan, Selasa (17/9).

Baca Juga: Bahlil Minta Produsen Batubara Tingkatkan Nilai Tambah dengan Program Hilirisasi

Dileep memastikan, sejauh ini belum ada perubahan rencana untuk proyek hilirisasi yang akan dilakukan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.

Asal tahu saja, Dalam proyek hilirisasi batubara ini, KPC akan memasok kebutuhan batubara untuk proyek gasifikasi di Bengalon sekitar 5 juta ton-6,5 juta ton per tahun dengan kualitas GAR 4.200 kcal per kg. Ketika beroperasi, pabrik tersebut dapat menghasilkan 1,8 juta ton per tahun metanol.

Sementara itu, PT Arutmin Indonesia semula merencanakan hilirisasi berupa proyek proyek coal to methanol  dengan kapasitas produksi 2,95 juta ton per tahun. Belakangan, Arutmin dikabarkan mengubah proyek hilirisasi ini menjadi coal to ammonia.

Sementara itu, Head of Corporate Communication Adaro Energy (ADRO), Febriati Nadira mengungkapkan, Adaro saat ini tengah mengkaji rencana hilirisasi batubara.

"Adaro masih melakukan kajian untuk peningkatan nilai tambah batubara," jelas Ira kepada Kontan, Selasa (17/9).

Sebagai informasi, Indonesia saat ini memiliki sumber daya batubara sebesar 97,29 miliar ton dan cadangan sebesar 31,71 miliar ton dimana sebesar 70 % dari total sumber daya merupakan batubara kualitas rendah dan 30% sisanya adalah batubara kualitas tinggi dan medium.

Sebagian besar sumber daya dan Cadangan tersebar di Kalimatan Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Jambi. Sisanya tersebar di Jambi, Riau, Kalimatan Utara, Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat dan Papua, Sulawesi Barat, Jawa bagian barat.

Selanjutnya: Arah Harga Kripto Masih Menantikan Pemangkasan Suku Bunga

Menarik Dibaca: 20 Ucapan Hari Perhubungan Nasional 2024 untuk Dijadikan Caption di Media Sosial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih