KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Perindustrian menekankan adanya hilirisasi industri yang menekankan rantai pasok untuk mencapai pembangunan iindustrialisasi rendah karbon untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya alam (SDA) secara berkelanjutan. Namun begitu, Kadin Indonesia dan PB HMI menyoroti soal tantangan mewujudkan industrilisasi di Indonesia terutama soal talenta atau sumber daya manusia yang masih minim. Diskusi tersebut terangkum dalam gelaran Forum Guntur (Gerakan untuk Rakyat) dengan mengangkat tema tentang "Prospek Industrialisasi Menuju Era Indonesia EMAS 2045." yang diadakan Bidang Perindustrian dan Perdagangan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI). Hadir sebagai pembicara, Sekretaris Jenderal PB HMI periode 2024-2026 M Jusrianto, Ketua Tim Kerja Program, Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Industri Logam Kementerian Perindustrian Eko Yulianto Widodo, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar, dan akademisi Universitas Paramadina Tatok D. Sudiarto.
Ketua Tim Kerja Program, Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Industri Logam Kementerian Perindustrian Eko Yulianto Widodo mengungkapkan, kebijakan hilirisasi industri di Indonesia sangat penting dilakukan. Itu dimulai dari memperkuat rantai pasok material Industri manufaktur dalam negeri hingga bagaimana menciptakan iklim usaha yang kondusif agar bisnis bisa berjalan baik. "Berikutnya, perlu mendorong riset dan penciptaan inovasi teknologi baru untuk penguasaan dan penciptaan teknologi yang lebih efisien, sinergi, koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha dan pengembangan jasa industri untuk mendukung kebijakan industrialisasi berbasis hilirisasi industri," terangnya dalam keterangan tertulis, Jumat (22/3). Hal berikutnya yang menurut Eko penting untuk dicermati ialah bagaimana memperbanyak infrastruktur dan kapasitas energi yang menggunakan energi baru terbarukan. Berikutnya menurut Bobby, ada sejumlah sektor industri tanah air yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). "Adapun sektor-sektor tersebut meliputi Sektor Manufaktur Strategis dengan kontribusi 19% terhadap PDB, disusul Jasa Keuangan dengan kontribusi 4% terhadap PDB dan sektor Pariwisata, sektor Ekonomi Kreatif yang menyumbang 10% dari GDP dan UMKM dengan kontribusi 60% terhadap PDB atau yang terbesar," katanya. Bobby juga menyinggung soal tantangan besar adopsi industri 4.0 di Indonesia. Kurangnya talenta digital, integrasi IT yang tidak memadai serta business case yang kurang jelas menjadi masalah utamanya. "Harapan kita tentu ada pada kader HMI sebagai organisasi besar dengan sebaran SDM yang luar biasa mampu menjawab tantangan ini ke depan," tandasn. Terakhir, Tatok menilai sejumlah isu strategis yang patut didiskusikan lebih dalam mengenai prospek industrialisasi Indonesia ialah tentang strategy battle between state and corporation (R&D) dan natural resources based vs human innovative based. "Tentang sumber daya berbasis alam dan berbasis inovasi manusia, misalnya. Keduanya merupakan isu startegis yang harus dibijaksanai dengan tepat. Menimbang, tantangan ke depan yang cukup nyata mengenai hal ini," ujarnya. Di samping itu, komitmen dan konsistensi kemauan politik para penguasa untuk mendorong industrialisasi tanah air juga menjadi penting. Termasuk, juga program pembanunan manusianya, investasi di bidang teknologi hingga mendorong UKM ke level internasional. M Jusrianto mengatakan bahwa untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, maka perlu komitmen pemerintah untuk mengimplementasi kebijakan indutri berkelanjutan ramah lingkungan. "Selain itu, juga harus diperkuat dengan kebijakan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara," ujarnya.
Lanjutnya, yang tak kalah penting adalah kebijakan pengembangan ekonomi hijau (green economy) melalui dekarbonisasi sektor industri, dan pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. "Akhirnya, diperlukan kerja sama multi pihak dan koordinasi lintas sektor yang solid terutama pemuda untuk menjadi inisiator dan kreator dalam mewujudkan pembangunan ekonomiĀ ke depan yang mematuhi standar lingkungan hidup menuju ekonomi hijau yang maju, adil dan makmur," pungkasnya. Seperti diketahui, Forum Guntur merupakan sebuah wadah diskusi intelektual PB HMI periode 2024-2026 yang fokus membahas beragam topik hangat berkaitan dengan permasalahan dan kebijakan publik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini