Hilirisasi Mineral Dalam Negeri Akan Jadi Berkah Industri Pelayaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesian National Shipowners' Association (INSA) optimistis hilrisasi mineral yang dilakukan di dalam negeri akan menjadi berkah bagi industri pelayaran Tanah Air. 

Ketua Umum INSA, Carmelita Hartoto menjelaskan selama ini kegiatan pelayaran ekspor di Indonesia masih banyak menggunakan kapal asing. Jadi dengan hilirisasi akan terjadi pertumbuhan muatan domestik yang menggunakan kapal nasional. 

“Melalui program hilirisasi akan berpotensi meningkatkan muatan kapal berupa bahan mentah (raw material) untuk dibawa ke smelter-smelter menggunakan kapal curah maupun tongkang,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (23/6).


Baca Juga: Presiden Ingin Hilirisasi Tembaga Digenjot

Carmelita menilai, di setiap tantangan selalu ada peluang demikian pula dengan adanya kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah lainnya. Meski akan berdampak pada kapal yang melayani ekspor, namun ke depan secara langsung akan membuka peluang pada angkutan dalam negeri. 

Sejatinya sejumlah perusahaan pelayaran dalam negeri sudah mulai aktif mengangkut nikel  yang belakangan namanya populer karena berkaitan erat dengan program hilirisasi baterai  kendaraan listrik. 

Sebut saja PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) terus menambah jumlah armada kapal curahnya untuk memenuhi permintaan pengangkutan nikel ke smelter. 

Direktur Utama SMDR, Bani Maulana Mulia menjelaskan saat ini pihaknya telah memesan sejumlah kapal baru untuk mendukung pertumbuhan Perusahaan yaitu kapal peti kemas atau kontainer, kapal tanker, dan kapal curah. 

Bani mengakui, pembelian kapal curah masih dalam proses pembelian. Alasan dibelinya kapal curah untuk mendukung kebutuhan pelanggan pertambangan mineral demi memasok produknya ke smelter. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Lakukan Evaluasi Rutin Kawal Proyek Hilirisasi Batubara

“Saat ini ada permintaan dari pelanggan untuk menambah kapasitas kapal curah. Kebanyakan untuk mendukung kegiatan smelter yang ada di Indonesia salah satunya nikel dan juga kami perusahaan mendukung pelanggan yang punya smelter di sektor mineral lain,” ujarnya dalam paparan publik Selasa (2/5). 

Selain Samudera Indonesia, perusahaan pelayaran lain PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) sudah melakukan diversifikasi komoditas sejak tahun lalu dengan mengangkut bijih nikel yang dilaksanakan  melalui anak perusahaan PT Trans Logistik Perkasa (TLP). Di tahun ini pihaknya akan menambah investasi di TLP berupa penambahan armada. 

Dalam catatan Kontan.co.id sebelumnya, Direktur Utama Trans Power Marine Ronny Kurniawan menyampaikan, di tahun ini TPMA mengalokasikan capex US$ 40 juta yang ditujukan untuk membeli 5 set kapal untuk perusahaan dan 20 set kapal untuk Trans Logistik Perkasa. 

"Untuk financing kapal tersebut, sebagian besar berasal dari pinjaman perbankan," ujar dia dalam paparan publik, Rabu (17/5).

seluruh kapal baru milik TPMA akan dipakai untuk pengangkutan batubara. Di sisi lain, kapal-kapal milik Trans Logistik Perkasa akan dipakai untuk mengangkut komoditas nikel. "Kepemilikan saham kami pada anak usaha hanya 30%," imbuh Ronny.

Bagi PT Temas Tbk (TMAS) pihaknya sedang mempelajari diversifikasi komoditas angkutan. Mereka melihat prospek yang menjanjikan dalam pengangkutan komoditas mineral. 

Baca Juga: Presiden Ungkap Kebijakan Pelarangan Ekspor Bijih Bauksit Akan Digugat China

Direktur PT Temas Shipping, Harry Haryanto mengungkapkan, saat ini Temas memiliki anak perusahaan bernama PT Temas Bulker yang mengelola 3 kapal untuk kargo angkutan berat atau heavy lift cargo ke luar negeri. 

Melalui Temas Bulker, pihaknya tidak menutup kemungkinan akan melakukan pengembangan bisnis dengan mengangkut kargo curah kering atau bulk carrier. 

“Kami masih menimbang apa yang lebih cocok untuk dimasukkan ke tahun-tahun ke depan,” ujarnya saat ditemui seusai paparan publik di Jakarta Utara, Rabu (12/4). 

Harry menyatakan, tidak menutup kemungkinan Temas Bulker akan mengangkut batubara, nikel, atau komoditas lain. Menurutnya prospek tersebut sejalan dengan semakin banyaknya smelter yang dibangun di Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .