KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan larangan ekspor mineral harus terintegrasi dengan kebijakan pemberian jumlah izin eksplorasi. Hal ini harus paralel dengan tuntutan dan kebutuhan industri. Persetujuan produksi dan pertumbuhan smelter tentu terkait dengan konteks pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan terintegrasi dari hulu ke hilir, investasi di sisi eksplorasi (hulu) akan mempertemukan dengan investasi dan jumlah smelter atau volume mineral serta jenis mineral logam yang dibutuhkan oleh industri (hilir). “Dan kebijakan terintegrasi dari hulu dan hilir dipastikan tidak akan menimbulkan kondisi oversupply. Pasalnya jika pasokannya berlebih dipastikan akan merugikan perusahaan tambang yang bergerak di sisi hulu,” kata Ketua Indonesia Mining & Energi Forum (IMEF) Singgih Widagdo kepada Kontan.co.id, Minggu (16/10).
Hilirisasi Mineral Tidak Cuma Soal Waktu, Tetapi Integrasi Industri Hulu Hingga Hilir
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan larangan ekspor mineral harus terintegrasi dengan kebijakan pemberian jumlah izin eksplorasi. Hal ini harus paralel dengan tuntutan dan kebutuhan industri. Persetujuan produksi dan pertumbuhan smelter tentu terkait dengan konteks pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan terintegrasi dari hulu ke hilir, investasi di sisi eksplorasi (hulu) akan mempertemukan dengan investasi dan jumlah smelter atau volume mineral serta jenis mineral logam yang dibutuhkan oleh industri (hilir). “Dan kebijakan terintegrasi dari hulu dan hilir dipastikan tidak akan menimbulkan kondisi oversupply. Pasalnya jika pasokannya berlebih dipastikan akan merugikan perusahaan tambang yang bergerak di sisi hulu,” kata Ketua Indonesia Mining & Energi Forum (IMEF) Singgih Widagdo kepada Kontan.co.id, Minggu (16/10).