KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dinilai berperan strategis sebagai lokomotif hilirisasi khususnya untuk industri logam berbasis nikel atau stainless steel. Bahkan, perusahaan-perusahaan smelter di kawasan industri terpadu yang dikelola oleh PT IMIP tersebut mampu menghasilkan produk yang kompetitif di kancah global Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi P IMIP beserta tenant-tenant smelter yang telah bersama-sama mendukung program hilirisasi industri berbasis mineral khususnya berbasis nikel. IMIP juga dinilai sebagai salah satu kawasan industri terlengkap di dunia. Airlangga menambahkan, perkembangan industri logam berbasis nikel di Indonesia merupakan salah satu bukti utama suksesnya hilirisasi, yang awalnya hanya menjual nickel ore, saat ini menjadi pelat logam baik berupa hot rolled maupun cold rolled. “Kalau kita ekspor 4 juta ton iron ore, itu nilainya hanya US$ 240 juta. Tetapi apabila sudah berubah jadi stainless steel, maka nilainya mencapai US$ 3,5 miliar. Artinya, hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. Ini telah menjadi kebijakan pemerintah,” paparnya dalam keterangan pers, Jumat (11/1). Menperin juga mengapresiasi besarnya penyerapan tenaga kerja di kawasan IMIP yang saat ini sudah lebih dari 30 ribu orang. Guna meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di wilayah setempat, Kemenperin memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Logam Morowali. “Kami akan tingkatkan kapasitas Politeknik di Morowali menjadi tiga kali lipat, sehingga masyarakat di Morowali bisa diterima kerja di sini dengan skill yang sesuai kebutuhan. Politeknik di Morowali ini juga punya fasiitas yang world class dan kami punya lahan yang cukup besar 24 hektare,” ujarnya. Bahkan, Kemenperin akan memfasilitasi penerapan teknologi internet 5G di kawasan industri Morowali untuk kesiapan memasuki era industri 4.0. “Jadi, nanti prototipenya ada satu di Cilegon, dan dua di Morowali,” imbuhnya. Managing Director PT IMIP Hamid Mina mengungkapkan, kawasan IMIP sebagai klaster industri terintegrasi berbasis nikel dan baja, saat ini terus mengembangkan industri di dalamnya, agar berdaya saing global sehingga saat ini total investasi yang sudah masuk mencapai US$ 5 miliar. “Total kapasitas produksi smelter nickel pig iron sebesar 2 juta ton per tahun dan 3,5 juta ton stainless steel per tahun dengan nilai ekspor mencapai US$ 2 miliar pada tahun 2017 dan naik menjadi US$ 3,5 miliar di 2018,” tuturnya. Menteri Kooridanor Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan pun memastikan, bahwa jumlah tenaga kerja asing (TKA) di kawasan industri morowali sekitar 10%. Mayoritas mereka adalah tenaga kerja ahli, bukan di level bawah. “Sekarang ada 30.000 lebih pegawai di sini, dan hanya 3.000 orang China. Jadi jangan bikin cerita di luar kalau 55% pegawai di sini dari China,” tegasnya. Dia mengapresiasi langkah Kemenperin untuk meningkatkan kapasitas penerimaan mahasiswa di Politeknik Industri Logam Morowali. Program pendidikan vokasi industri ini akan mencetak tenaga kerja lokal yang kompeten untuk menggantikan TKA. “Karena sudah ada komit dari Pak Airlangga, mau bikin Politekniknya dari 200 menjadi 600 lulusannya,” jelas Luhut. Dengan demikian, ke depan jumlah TKA akan terus berkurang, seiring dengan siapnya tenaga-tenaga ahli dari Indonesia. “Peletakan batu pertama pembangunan pabrik baterai lithium juga menjanjikan peluang kerja yang banyak. Pegawai di kawasan ini sudah 30.000-an lebih, dan akan mencapai 100.000-an orang,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Hilirisasi nikel di Kawasan Industri Morowali berpotensi besar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dinilai berperan strategis sebagai lokomotif hilirisasi khususnya untuk industri logam berbasis nikel atau stainless steel. Bahkan, perusahaan-perusahaan smelter di kawasan industri terpadu yang dikelola oleh PT IMIP tersebut mampu menghasilkan produk yang kompetitif di kancah global Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapresiasi P IMIP beserta tenant-tenant smelter yang telah bersama-sama mendukung program hilirisasi industri berbasis mineral khususnya berbasis nikel. IMIP juga dinilai sebagai salah satu kawasan industri terlengkap di dunia. Airlangga menambahkan, perkembangan industri logam berbasis nikel di Indonesia merupakan salah satu bukti utama suksesnya hilirisasi, yang awalnya hanya menjual nickel ore, saat ini menjadi pelat logam baik berupa hot rolled maupun cold rolled. “Kalau kita ekspor 4 juta ton iron ore, itu nilainya hanya US$ 240 juta. Tetapi apabila sudah berubah jadi stainless steel, maka nilainya mencapai US$ 3,5 miliar. Artinya, hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. Ini telah menjadi kebijakan pemerintah,” paparnya dalam keterangan pers, Jumat (11/1). Menperin juga mengapresiasi besarnya penyerapan tenaga kerja di kawasan IMIP yang saat ini sudah lebih dari 30 ribu orang. Guna meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di wilayah setempat, Kemenperin memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Logam Morowali. “Kami akan tingkatkan kapasitas Politeknik di Morowali menjadi tiga kali lipat, sehingga masyarakat di Morowali bisa diterima kerja di sini dengan skill yang sesuai kebutuhan. Politeknik di Morowali ini juga punya fasiitas yang world class dan kami punya lahan yang cukup besar 24 hektare,” ujarnya. Bahkan, Kemenperin akan memfasilitasi penerapan teknologi internet 5G di kawasan industri Morowali untuk kesiapan memasuki era industri 4.0. “Jadi, nanti prototipenya ada satu di Cilegon, dan dua di Morowali,” imbuhnya. Managing Director PT IMIP Hamid Mina mengungkapkan, kawasan IMIP sebagai klaster industri terintegrasi berbasis nikel dan baja, saat ini terus mengembangkan industri di dalamnya, agar berdaya saing global sehingga saat ini total investasi yang sudah masuk mencapai US$ 5 miliar. “Total kapasitas produksi smelter nickel pig iron sebesar 2 juta ton per tahun dan 3,5 juta ton stainless steel per tahun dengan nilai ekspor mencapai US$ 2 miliar pada tahun 2017 dan naik menjadi US$ 3,5 miliar di 2018,” tuturnya. Menteri Kooridanor Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan pun memastikan, bahwa jumlah tenaga kerja asing (TKA) di kawasan industri morowali sekitar 10%. Mayoritas mereka adalah tenaga kerja ahli, bukan di level bawah. “Sekarang ada 30.000 lebih pegawai di sini, dan hanya 3.000 orang China. Jadi jangan bikin cerita di luar kalau 55% pegawai di sini dari China,” tegasnya. Dia mengapresiasi langkah Kemenperin untuk meningkatkan kapasitas penerimaan mahasiswa di Politeknik Industri Logam Morowali. Program pendidikan vokasi industri ini akan mencetak tenaga kerja lokal yang kompeten untuk menggantikan TKA. “Karena sudah ada komit dari Pak Airlangga, mau bikin Politekniknya dari 200 menjadi 600 lulusannya,” jelas Luhut. Dengan demikian, ke depan jumlah TKA akan terus berkurang, seiring dengan siapnya tenaga-tenaga ahli dari Indonesia. “Peletakan batu pertama pembangunan pabrik baterai lithium juga menjanjikan peluang kerja yang banyak. Pegawai di kawasan ini sudah 30.000-an lebih, dan akan mencapai 100.000-an orang,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News