Hilirisasi Perlu Pastikan Kesiapan Industri Domestik



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kesiapan industri dalam negeri dinilai jadi salah satu faktor penting yang patut diperhatikan dalam mendorong hilirisasi sektor mineral.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan komitmen hilirisasi akan dilanjutkan oleh pemerintahan periode berikutnya.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, komitmen hilirisasi sektor mineral dipastikan berlanjut di masa Pemerintahan Prabowo-Gibran.


"Jadi saya katakan bahwa hilirisasi ini kan sudah jalan nikel kan sudah bagus. Sekarang kita hilirisasi di komoditas lain di bauksit, di tembaga, di timah," ungkap Bahlil di Kementerian ESDM, Jumat (20/9).

Baca Juga: Impor Migas Indonesia Terus Menanjak

Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menjelaskan, komitmen hilirisasi selama ini berkembang pesat dalam 10 tahun terakhir khususnya untuk sektor nikel.

Kelayakan ekonomi yang lebih baik jadi pemicu utama hilirisasi nikel berjalan dengan baik jika dibandingkan sektor mineral lain.

"Sedangkan untuk komoditas lain seperti tembaga dan bauksit perkembangannya tidak secepat nikel karena faktor kelayakan ekonomi," ungkap Hendra kepada Kontan, Senin (23/9).

Hendra menambahkan, ke depannya hilirisasi menghadapi tantangan dalam kesiapan industri domestik untuk menyerap produk hasil pengolahan atau pemurnian mineral (smelter).

"Perusahaan pertambangan sudah melaksanakan kewajibannya membangun fasilitas pengolahan/pemurnian. Namun agar nilai tambah dapat dinikmati lebih banyak di dalam negeri, pembangunan industri hilir sangat mendesak," sambung Hendra.

Baca Juga: Hilirisasi Bakal Diperluas ke Mineral Lain

Secara khusus untuk produk tembaga hasil pemurnian umumnya masih diekspor. Situasi ini menjadi potensi dalam menumbuhkan industri dalam negeri untuk dapat menyerap hasil produksi yang ada.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli mengatakan bahwa selain komoditas nikel dan tembaga, perlu ada perhatian pemerintah pada hilirisasi komoditas seperti bauksit, besi, kuarsa hingga batubara.

"Perlu perhatian lebih dari pemerintah agar hilirisasi dapat berjalan seperti nikel dan tembaga. Perlu regulasi yang sederhana dan efisien," kata Rizal kepada Kontan, Senin (23/9).

Rizal menjelaskan, selain berbagai dukungan di atas, Pemerintah perlu menyiapkan peta jalan industrialisasi untuk setiap komoditas. Ini diperlukan agar komitmen hilirisasi tidak berhenti hanya sampai kepada pengolahan produk-produk setengah jadi.

Menurutnya, dengan potensi nilai tambah yang telah tercipta, Indonesia berpeluang mendorong peningkatan nilai tambah yang lebih besar dengan pengolahan lanjutan.

"Pasar dalam negeri sangat terbuka dan dinamis. Indonesia masih mengimpor bahan baku terutama aluminium untuk kebutuhan industri seperti pembuatan kaleng dan lain-lain Pemerintah perlu menciptakan industri yang bisa menyerap produk antara tersebut," kata Rizal.

Baca Juga: Menteri ESDM Bahlil Sebut Sektor Minerba Banyak Masalah, Ini Alasannya

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan, dalam memastikan hilirisasi mineral dapat berjalan saat ini Pemerintah Indonesia sedang memperkuat pemetaan cadangan dan sumber daya bahan baku komoditas mineral.

Kementerian ESDM pun mendorong agar pengembangan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) yang masuk ke Indonesia harus menggunakan bahan baku dari domestik.

Dalam pekan depan, Bahlil memastikan akan ada tambahan fasilitas smelter yang segera beroperasi. Presiden Joko Widodo dipastikan akan hadir langsung dalam acara peresmiannya.

"Besok saya mendampingi Bapak Presiden Jokowi ke Pontianak untuk meresmikan smelter bauksit (milik) PT Borneo Alumina Indonesia, kolaborasi Inalum dengan Antam. Jadi bertahap kita akan melakukan perbaikan," terang Bahlil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .