KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan pihaknya tetap optimis target ekspor dapat mencapai US$ 5 Miliar atau setara Rp 80 triliun di tahun 2024. Meski optimis, dia mengakui bahwa target ini berubah menjadi samar akibat adanya gejolak geopolitik yang mengakibatkan permintaan pasar menurun drastis. "Alasan yang mendasar dari sulitnya mencapai target ekspor akibat adanya gejolak geopolitik mengakibatkan permintaan pasar menurun drastis dan terus berlanjut hingga tahun ini. Setelah naik 27,23% pada tahun 2021, ekspor kembali turun dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2023 mencapai 24,4%," katanya kepada Kontan, Jumat (09/08). "Kita kalau melihat pertimbangan dasar penentuan target tentu saja optimis, namun siapa menyangka misal permintaan pasar berubah secara mendadak yang sebagian besar akibat gangguan geopolitik yang hingga saat ini masih bergejolak sehingga target ekspor yang sebelumnya sangat realistis menjadi samar," tambahnya. Baca Juga: PHK Massal di Jawa Barat Bakal Semakin Marak Abdul mengatakan, target US$ 5 miliar ini sebenarnya berbasis data tahun 2021 dimana ekspor tercatat senilai US$ 3,47 miliar atau tumbuh 27,23%. "Sehingga HIMKI optimis bahwa untuk mencapai target ekspor tersebut bisa dicapai pada tahun 2024 atau cukup dalam kurun waktu 3 tahun saja dengan pertumbuhan yang dibutuhkan rata-rata 16,4%," jelasnya. Selain peningkatan ekspor di tahun 2021, aspek lain yang menjadi penentu nilai ekspor tahun ini adalah permintaan pasar yang diprediksi terus tumbuh 5-6% pertahun setara dengan penambahan permintaan senilai US$ 24-29 miliar pertahun. "Pertimbangan lain yang menopang peningkatan ekspor adalah dari segi keunggulan yang kita miliki," tambahnya. Pertama adalah kualitas produk mebel dan kerajinan Indonesia telah diakui dunia terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan negara maju lainnya. "Yang kedua, kita memiliki spesialisasi produk furniture, dekorasi rumah/homedecor, sampai aksesoris/hiasan yang memiliki kunikan," tambahnya. Contohnya corak, bentuk disain dan bahan baku yang dipadukan dengan unsur tradisional atau budaya dan kearifan lokal. "Selain keunggulan produk, aspek yang tidak kalah pentingnya dan menjadi kunci dalam persaingan adalah ketersediaan bahan baku utama," jelasnya. Bahan baku yang dimaksud oleh Abdul adalah kayu dan rotan serta sumber daya manusia. Menurutnya, Indonesia juga memiliki angkatan kerja baru yang cukup besar dan meningkat tiap tahun, dan memiliki banyak pengrajin handal dengan talenta terbaik yang terus melakukan inovasi. Di tengah tantangan dan ketidakpastian ekpor di industri mebel dan kerajinan. HIMKI mencatat ekspor mebel dan kerajinan secara komulatif sepanjang periode Januari–Mei 2024 turun 5,04% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Ini artinya penurunan ini tidak sebesar penurunan tahun lalu," kata Abdul. Pada periode Januari-Mei 2024 untuk kelompok mebel/furniture nilai ekspor turun 0,93%, sedangkan kelompok kerajinan turun 15,63%. "Secara umum kontribusi ekspor terbesar pada periode ini masih disumbang oleh kelompok mebel/furniture berbahan baku kayu dengan kontribusi sebesar 53,56% diikuti oleh rottan furniture 5,55% dan metal furniture 3,37%," tutupnya.
HIMKI Optimis Nilai Ekspor Industri Mebel dan Kerajinan Capai US$ 5 Miliar di 2024
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan pihaknya tetap optimis target ekspor dapat mencapai US$ 5 Miliar atau setara Rp 80 triliun di tahun 2024. Meski optimis, dia mengakui bahwa target ini berubah menjadi samar akibat adanya gejolak geopolitik yang mengakibatkan permintaan pasar menurun drastis. "Alasan yang mendasar dari sulitnya mencapai target ekspor akibat adanya gejolak geopolitik mengakibatkan permintaan pasar menurun drastis dan terus berlanjut hingga tahun ini. Setelah naik 27,23% pada tahun 2021, ekspor kembali turun dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2023 mencapai 24,4%," katanya kepada Kontan, Jumat (09/08). "Kita kalau melihat pertimbangan dasar penentuan target tentu saja optimis, namun siapa menyangka misal permintaan pasar berubah secara mendadak yang sebagian besar akibat gangguan geopolitik yang hingga saat ini masih bergejolak sehingga target ekspor yang sebelumnya sangat realistis menjadi samar," tambahnya. Baca Juga: PHK Massal di Jawa Barat Bakal Semakin Marak Abdul mengatakan, target US$ 5 miliar ini sebenarnya berbasis data tahun 2021 dimana ekspor tercatat senilai US$ 3,47 miliar atau tumbuh 27,23%. "Sehingga HIMKI optimis bahwa untuk mencapai target ekspor tersebut bisa dicapai pada tahun 2024 atau cukup dalam kurun waktu 3 tahun saja dengan pertumbuhan yang dibutuhkan rata-rata 16,4%," jelasnya. Selain peningkatan ekspor di tahun 2021, aspek lain yang menjadi penentu nilai ekspor tahun ini adalah permintaan pasar yang diprediksi terus tumbuh 5-6% pertahun setara dengan penambahan permintaan senilai US$ 24-29 miliar pertahun. "Pertimbangan lain yang menopang peningkatan ekspor adalah dari segi keunggulan yang kita miliki," tambahnya. Pertama adalah kualitas produk mebel dan kerajinan Indonesia telah diakui dunia terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan negara maju lainnya. "Yang kedua, kita memiliki spesialisasi produk furniture, dekorasi rumah/homedecor, sampai aksesoris/hiasan yang memiliki kunikan," tambahnya. Contohnya corak, bentuk disain dan bahan baku yang dipadukan dengan unsur tradisional atau budaya dan kearifan lokal. "Selain keunggulan produk, aspek yang tidak kalah pentingnya dan menjadi kunci dalam persaingan adalah ketersediaan bahan baku utama," jelasnya. Bahan baku yang dimaksud oleh Abdul adalah kayu dan rotan serta sumber daya manusia. Menurutnya, Indonesia juga memiliki angkatan kerja baru yang cukup besar dan meningkat tiap tahun, dan memiliki banyak pengrajin handal dengan talenta terbaik yang terus melakukan inovasi. Di tengah tantangan dan ketidakpastian ekpor di industri mebel dan kerajinan. HIMKI mencatat ekspor mebel dan kerajinan secara komulatif sepanjang periode Januari–Mei 2024 turun 5,04% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Ini artinya penurunan ini tidak sebesar penurunan tahun lalu," kata Abdul. Pada periode Januari-Mei 2024 untuk kelompok mebel/furniture nilai ekspor turun 0,93%, sedangkan kelompok kerajinan turun 15,63%. "Secara umum kontribusi ekspor terbesar pada periode ini masih disumbang oleh kelompok mebel/furniture berbahan baku kayu dengan kontribusi sebesar 53,56% diikuti oleh rottan furniture 5,55% dan metal furniture 3,37%," tutupnya.