Hindari delisting, Triwira (TRIL) akan akuisisi empat pelabuhan batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triwira Insanlestari Tbk (TRIL) berencana mengakuisisi empat pelabuhan batubara pada tahun 2021 lewat anak usahanya yang baru, PT Crowindo Unggul Permai. Hal ini dilakukan supaya Triwira dapat membukukan pendapatan usaha dan sahamnya bisa keluar dari ancaman penghapusan pencatatan (delisting).

Sebagaimana diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenakan suspensi pada saham TRIL sejak 2 Mei 2019. Pasalnya, Triwira sama sekali tidak membukukan pendapatan usaha berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2019. Dengan begitu, pada 2 Mei 2021, potensi delisting TRIL bakal semakin nyata karena sudah terkena suspensi selama 24 bulan. 

Direktur Utama Triwira Insanlestari Lukas Maulana Jusuf mengatakan, pada 16 Oktober 2020, TRIL telah mengakuisisi satu pelabuhan batubara yang terletak di Kalimantan Tengah. Tahun depan, TRIL berencana mengakuisisi empat pelabuhan batubara yang ada di Sumatra dan Kalimantan. "Jadi, nantinya akan ada lima pelabuhan. Kami akuisisi secara bertahap karena saat ini cashflow belum mencukupi," kata dia dalam paparan publik virtual, Kamis (26/11). 


Dari akuisisi satu pelabuhan batubara tersebut, Lukas menyampaikan bahwa Triwira sudah menerima pendapatan meski tidak besar. Dia mengklaim, pendapatan pada Oktober 2020 kurang lebih Rp 3 miliar. Saat ini, laporan keuangannya tengah dalam proses audit oleh akuntan publik dan bakal segera diserahkan ke BEI sebagai bukti perolehan pendapatan. 

Baca Juga: Ini jadwal dari 13 saham yang berpotensi delisting

Lukas berharap, pendapatan Triwira akan semakin besar pada November dan Oktober 2020 ini. Tapi, dia belum bisa memproyeksi potensi besaran pendapatan tahun depan seiring dengan rencana akuisisi empat pelabuhan batubara.

Bisnis pelabuhan batubara dipilih karena Triwira menilai, bidang usaha tersebut masih digandrungi dan punya potensi yang sangat bagus. "Permintaan batubara sangat meningkat. Pemerintah juga sudah berkomitmen untuk menjual batubara ke China dan negara-negara lainnya," ucap Lukas.

Rencana akuisisi empat pelabuhan batubara tersebut tengah menunggu persetujuan dari para pemegang saham. Dananya pembeliannya diperkirakan berasal dari internal perusahaan, pemilik perusahaan, dan sebagian juga dari hasil rights issue yang rencananya akan dilaksanakan pada pertengahan tahun 2021. 

Lukas berharap, sejalan dengan pendapatan yang dibukukan Triwira, BEI dapat membuka suspensi TRIL. Untuk itu, saat ini, Triwira terus menjalin komunikasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI. Triwira tengah menyelesaikan penyerahan dokumen yang diminta otoritas, meliputi laporan keuangan serta kewajiban-kewajiban lainnya.

Baca Juga: Kinerja memburuk,rugi bersih Triwira Insanlestari membengkak 33% di kuartal II-2018

"Kami sangat menghindari delisting. Kami sudah bertemu dengan BEI Oktober lalu dan kami akan menyerahkan semua dokumen pada bulan ini hingga awal bulan depan," tutur Lukas. Dia berharap, otoritas sudah bisa memberikan jawaban atas nasib suspensi TRIL pada pertengahan Desember 2020.

Sebagai informasi, Triwira merupakan importir dan penyuplai perlengkapan dan keselamatan kerja (safety equipment), alat-alat technical automotive, mesin, serta technical hardware. Pada enam bulan pertama 2020, Triwira tidak membukukan pendapatan usaha, sama seperti enam bulan pertama 2019. Padahal, sepanjang tahun 2019, Triwira masih membukukan pendapatan sebesar Rp 262 juta meski turun 93,37% secara year on year

Menurut Lukas, bisnis perdagangan Triwira memang semakin menurun sejak pandemi Covid-19. Pembayaran dari pihak perusahaan oil and gas, pihak swasta lainnya, serta pemerintah sangat lambat. Oleh sebab itu, Triwira masih wait and see sampai pandemi ini selesai sambil melihat kemampuan pasar menyerap barang-barang yang Triwira sediakan.

Dari segi bottom line, Triwira mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 2,88 miliar per Juni 2020. Jumlah ini meningkat 48,45% dibanding rugi bersih periode sama 2019 yang sebesar Rp 1,94 miliar. Adapun jumlah aset Triwira per Juni 2020 mencapai Rp 126,05 miliar, terdiri dari utang Rp 6,2 miliar dan ekuitas Rp 119,85 miliar.

Baca Juga: Hari ini transaksi terakhir saham Evergreen (GREN) sebelum delisting Senin (23/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati