KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor perkebunan belum memperlihatkan prospek positif. Di kuartal I-2018, kinerja keuangan emiten perkebunan rontok. Bahkan, emiten seperti BWPT dan GZCO mencatatkan peningkatan kerugian masing-masing 320% dan 48% menjadi Rp 76,40 miliar dan Rp 56,68 miliar. Adapun laba AALI dan SGRO menyusut masing-masing sebesar 56% dan 90% menjadi Rp 355,46 miliar dan Rp 15,32 miliar. Pencapaian itu akan mempengaruhi harga saham emiten perkebunan.
Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo memprediksikan, kinerja saham emiten perkebunan masih akan melemah. "Seharusnya dihindari. Potensi pelemahan itu masih memiliki ruang sekitar 2,1%-2,5%," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Senin (7/5). Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), indeks saham perkebunan sudah menyusut 3,11%. Ia menganjurkan investor melirik sektor lain pada tahun ini. Kecuali sektor perkebunan mencatatkan pelemahan hingga 2,5%, ada peluang masuk ke sektor tersebut. "Sebenarnya kuartal II-2018, ada potensi harga minyak menguat. Dengan begitu, sektor perkebunan akan terpengaruh," jelas Lucky. Strategi lainnya, investor perlu memperhatikan kinerja dan kapitalisasi pasar emiten perkebunan. Keputusan masuk atau tidaknya ke sektor tersebut bisa diputuskan pada Juli-Agustus 2018. "Saya belum bisa merekomendasikan emiten mana, karena sekarang sektornya belum baik," kata Lucky. Analis Semesta Indovest, Aditya Perdana Putra menjelaskan, mudah untuk melihat perjalanan sektor perkebunan. Caranya, selama harga
crude palm oil (CPO) belum menunjukkan sinyal kenaikan, maka pergerakan sektor perkebunan masih tertekan. Beberapa faktor bakal membatasi gerak sektor perkebunan di 2018, termasuk harga CPO yang saat ini masih rendah. Selain itu, pembatasan impor oleh Eropa turut berkontribusi pada pelemahan CPO tahun ini. "Ini akan berdampak pada emiten. Jika produksi naik, permintaan turun, itu akan menekan harganya. Sehingga saham (sektor perkebunan) belum menarik," ujar Aditya. Tantangan lainnya, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2018 tidak membaik dari kuartal I-2018, maka kinerja emiten perlu dicermati. "Strateginya, bisa beralih ke sektor lain dulu, karena sektor CPO ada
up and down-nya. Kalau ada potensi
rebound baru masuk. Tapi kalau ada peluang untuk keluar, keluar saja dulu," jelas dia.
Aditya merekomendasikan LSIP, BWPT, AALI dan TBLA untuk dikoleksi. Meski BWPT mencatatkan pelebaran kerugian hingga 371,60% di kuartal I-2018, ia optimistis di kuartal selanjutnya akan membaik. "Dibandingkan tahun sebelumnya, kerugian BWPT mulai mengecil. Jika di kuartal II-2018 membaik, di kuartal III-2018, BWPT berpotensi raup laba," ungkap dia. Kebangkitan sektor perkebunan tahun ini diyakini hanya bersifat sementara, yakni pada kuartal kedua dan ketiga. Analis Paramitha Alfa Sekuritas William Siregar juga menilai faktor eksternal sangat mempengaruhi prospek sektor perkebunan, antara lain kenaikan tarif impor CPO di India dan
black campaign atas CPO oleh Uni Eropa. William optimistis harga CPO membaik. Namun saat ini investor sebaiknya mengalihkan dulu ke saham sektor lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati