Hingga Agustus, nilai transaksi Flazz BCA Rp 2,3 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bersaing dengan teknologi finansial (tekfin) dalam  menggarap uang elektronik, bank memilih untuk bekerjasama dengan tekfin. Salah satunya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang lebih memilih bekerjasama dalam menghadapi persaingan sembari mematuhi peraturan regulator.

Direktur BCA Santoso Liem mengatakan BCA memiliki prinsip untuk bekerjasama dalam ekosistem. BCA juga belum berencana memisahkan unit usaha atau spin off dari bisnis uang elektronik.

BCA memiliki dua jenis uang elektronik. Pertama berbentuk kartu yang lebih dikenal dengan Flazz. Kedua berbentuk aplikasi di ponsel pintar dengan brand Sakuku.


Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra bilang hingga Agustus 2018, jumlah kartu Flazz yang beredar ada 15 juta kartu. Sedangkan pengguna Sakuku berjumlah 500.000 nasabah.

"Hingga Agustus 2018, nilai transaksi Flazz sekitar Rp 2,3 triliun, tumbuh lebih dari 300% secara year on year (yoy) secara nilai transaksi. Sedangkan nilai transaksi Sakuku sekitar Rp 200 miliar atau tumbuh lebih 200% yoy," ujar Jan Hendra kepada Kontan.co.id Rabu (24/10).

BCA tidak menargetkan secara spesifik nilai transaksi dari kedua produk uang elektronik ini. Lantaran bank masih fokus dalam memperluas penerimaan dua produk ini. Guna meningkatkan layanan uang elektronik, baik dari penggunaan maupun top-upnya secara tunai maupun non-tunai.

Selain itu, BCA terus bekerjasama dengan berbagai pelaku start up dalam pengembangan ekosistem pembayaran.

"BCA mempunyai beberapa kerjasama terutama terkait promo kartu kredit, misalnya dengan Tokopedia, Blibli.com, Shopee, Lazada, Traveloka, Bukalapak, Tiket.com dan masih banyak lainnya. Ini sejalan dengan tren konsumen untuk menggunakan e-commerce sebagai salah satu media transaksi belanja," tambah Jan Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi