KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (
WEGE) optimistis bisa meraih kinerja yang lebih baik di tahun 2021. Namun perjuangan anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini cukup berat. Mengingat, perolehan kontrak baru Wika Gedung pun masih jauh dari target yang ditetapkan. Hingga Agustus 2021, Wika Gedung baru meraih kontrak baru senilai Rp 1,63 triliun. Nilai tersebut setara 38% dari target di tahun 2021 yang capai Rp 4,22 triliun. Menurut data terbaru WEGE, raihan kontrak baru yang didapat hingga Agustus 2021 didominan oleh proyek konstruksi sebesar 67%. Diikuti, proyek modular 18%, WPG 14% dan sisanya 1% konsesi.
"Dari 34 proyek baru yang didapatkan WEGE hingga Agustus 2021, sebanyak 44% proyek didapatkan dari modular," jelas Sekretaris Perusahaan Wika Gedung, Bobby Kusuma dalam acara Public Expose Live 2021, Jumat (10/9).
Baca Juga: Laba bersih Wika Gedung (WEGE) naik 4,46% di tengah penurunan pendapatan Selain dari modular, proyek baru yang didapat WEGE hingga Agustus 2021 juga didapat sebanyak 32% dari proyek konstruksi, 13% dari WPG, dan 11% dari konsesi. Bobby menjelaskan, per-Agustus 2021, proyek
carry over yang dicatatkan Wika Gedung senilai Rp 11,01 triliun,
order book Rp 12,65 triliun. Direktur Utama Wika Gedung Nariman Prasetyo mengungkapkan, di tahun ini pihaknya menargetkan laba bersih mencapai Rp 232 miliar. "Di 2020 laba kami merosot atau hanya mencapai 34% dari laba 2019. Namun pencapaian kami termasuk
excellent karena unit bisnis di konstruksi untuk mencapai 20% rata-rata masih kesulitan," jelasnya. Dengan target laba di tahun ini yang senilai Rp 232 miliar, WEGE mencoba bergerak tumbuh dibandingkan perolehan laba di 2020 yang senilai Rp 156 miliar. Seiring dengan target keuntungan, Wika Gedung juga membidik pendapatan senilai Rp 3,83 triliun atau tumbuh 5,8% yoy dari capaian di 2020 yang senilai Rp 3,62 triliun. Perusahaan yang spesialisasi di bidang konstruksi bangunan gedung bertingkat ini, telah meramu strategi untuk mencapai target kinerja dan raihan kontrak baru di sepanjang tahun ini. Nariman bilang, strategi pertama WEGE adalah mengutamakan proyek dari pihak-pihak yang memiliki finansial cukup kuat sehingga potensi gagal bayar bisa dimitigasi. Strategi kedua adalah, selektif terhadap arus kas. "Strategi ketiga adalah optimalisasi kemampuan dan pengetahuan dalam teknologi Building Information Modeling (BIM). Dalam semua proyek saat ini mandatori menggunakan BIM supaya hasilnya bisa lebih efektif, maksimal, dan efisien," ujarnya. Strategi keempat adalah membidik peluang proyek
backward dan
forward mulai dari modular dan precast gedung. Kelima, rasio perputaran piutang. "Untuk menghindari
cost over run yang tidak baik untuk operasi, kami sudah membuat beberapa strategi secara mendetail terhadap rasio perputaran piutang kami," kata Nariman.
Direktur Keuangan, Human Capital, dan Manajemen Risiko Wika Gedung, Syailendra Ogan memaparkan untuk menjaga rasio piutang, WEGE telah menyiapkan dua strategi yakni untuk proyek yang sedang berjalan dan proyek yang mempunyai piutang dengan usia lama.
"Untuk proyek yang sedang berjalan, khususnya proyek
owner swasta kami menjaga rasio piutangnya dahulu supaya tidak terjadi penambahan umur piutang yang cukup lama sehingga persuasifnya adalah menyeimbangkan dengan produksi, piutang dan arus kas yang kami terima," papar Syailendra. Sementara itu, untuk kategori usia piutang yang cukup lama, strategi yang dilakukan WEGE adalah dengan persuasif dan legal aspect melalui kerja sama dengan beberapa instansi pemerintah seperti kejaksaan dan BPK. "Kami coba kerja sama bagaimana mempercepat pencairan piutang yang usianya cukup lama ini," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari