Hingga Akhir 2022, Pefindo Ramal Penerbitan Obligasi Korporasi Capai Rp 153,2 Triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 153,2 triliun hingga akhir tahun. Jumlah itu akan bertumbuh sebesar 35,45% dari penerbitan obligasi korporasi tahun lalu senilai Rp 113,1 triliun.

Kepala Divisi Pemeringkatan Non Jasa Keuangan I Niken Indriarsih mengatakan bahwa tren penerbitan obligasi tahun ini berjalan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal itu tercermin dari capaian hingga September 2022 sebesar Rp 131,9 triliun. Pefindo sendiri menentukan target awal penerbitan obligasi tahun ini berada di kisaran Rp 102 triliun-Rp 151 triliun.

Niken bilang, tingginya penerbitan surat utang di tahun ini berkaitan dengan sejumlah rencana penggunaan dana sebagai modal kerja dan refinancing utang.


"Perusahaan membutuhkan lebih banyak modal karena harga sejumlah komoditas meningkat. Serta refinancing untuk membayar surat utang yang jatuh tempo di tahun ini," ucap Niken dalam konferensi pers, Selasa (25/10).

Baca Juga: Tren Suku Bunga Naik, Minat Multifinance Menerbitkan Obligasi Bisa Turun

Secara total, Pefindo mencatat surat utang korporasi jatuh tempo di tahun 2022 sebesar Rp 157 triliun. Sementara, kebutuhan refinancing untuk utang jatuh tempo ada sekitar Rp 47,5 triliun di kuartal IV/2022.

Ekonom Pefindo Suhindarto mencermati, penerbitan obligasi hingga akhir tahun masih cukup baik. Pefindo memperkirakan proyeksi total penerbitan obligasi korporasi akan berkisar Rp 153,2 triliun.

"Jika dilihat dari capaian sampai September, kemungkinan masih akan ada sekitar Rp 21,3 triliun penerbitan obligasi di kuartal IV-2022," tambah Darto.

Darto memperkirakan rekap penerbitan surat utang tahun 2022 prospeknya masih cukup baik menuju akhir tahun. Faktor utama adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik. Meskipun dalam kondisi penyesuaian suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).

Dari sisi investasi diprediksi masih akan meningkat seiring beberapa kebijakan pelonggaran kredit berbagai sektor seperti yang beberapa waktu lalu dirilis oleh BI. Selain itu, kondisi rupiah yang terkapar di hadapan Amerika Serikat, apabila dibandingkan negara peers masih relatif stabil. Serta, di tahun ini premi masih lebih rendah. 

Namun, Darto menuturkan, hal ini masih dipengaruhi berbagai tantangan dan peluang, seperti kebijakan suku bunga yang kembali meningkat di tengah inflasi yang masih belum terkendali.

Baca Juga: Pefindo Kantongi Mandat Pemeringkatan Obligasi Rp 39,32 Triliun di Kuartal III/2022

Kondisi ini bahkan diprediksi masih akan berlanjut hingga tahun depan. Sehingga, Pefindo menilai rencana issuance 2023 tidak akan lebih baik dari tahun ini.

Selain tertekan suku bunga tinggi, masih ada faktor kondisi menjelang pemilu. Biasanya, jika ada pemilihan presiden baru yang bukan berasal dari petahana, polanya adalah penerbitan obligasi cenderung wait and see dari sisi issuance dan investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi