Hingga Akhir Tahun 2023, Kinerja Reksadana Pendapatan Diprediksi Masih Unggul



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap diprediksi masih akan unggul sampai akhir tahun 2023.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, meskipun data bulan Maret 2023 belum tercatat, tetapi kinerja reksadana pendapatan tetap hingga bulan Februari 2023 mengungguli jenis reksadana lain.

Berdasarkan data per bulan Februari 2023, dana kelolaan alias asset under management (AUM) reksadana secara total meningkat Rp 5 triliun dibandingkan dengan total AUM untuk Desember 2022.


Baca Juga: Kata Perencana Keuangan, Atur Strategi Investasi dalam Menghadapi Ketidakpastian

Reksadana yang memberikan sumbangan jumlah AUM paling banyak adalah reksadana pendapatan tetap, dengan sumbangan sebesar 27,98% dari total AUM di Februari 2023.

Di peringkat kedua adalah reksadana saham yang memberi sumbangan sebesar 21,06%.

“Secara jumlah, AUM reksadana pendapatan tetap memberi sumbangan tertinggi, yaitu sebesar Rp 141,4 triliun,” ujarnya kepada Kontan, Senin (3/4).

Arjun mengatakan, sentimen gejolak pasar, seperti kemungkinan resesi serta ketidakpastian geopolitik dan kegagalan perbankan besar, membuat investor lebih memilih menempatkan dana di obligasi dibandingkan di aset lain.

“Sebab, obligasi dianggap investor sebagai safe haven asset,” katanya.

Meskipun memiliki sentimen negatif, seperti ketidakpastian kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan The Fed, imbal hasil yang didapatkan dari surat utang negara (SUN) masih menarik.

Padahal, ketidakpastian itu bisa membuat harga obligasi turun ketika ada kenaikan tingkat suku bunga acuan tiba-tiba tanpa diharapkan.

“Imbal hasil SUN Indonesia masih menarik dan lebih tinggi dibandingkan dengan mayoritas negara kawasan atau peer group Indonesia. Riil yield ini dihitung dari imbal hasil obligasi 10 tahun,” ungkapnya.

Sementara, reksadana saham mengalami kinerja paling negatif. Menurut Arjun, hal tersebut wajar, karena alasan ketidakpastian dalam pasar modal global membuat investor meninggalkan aset berisiko tinggi.

Oleh karena itu, reksadana pendapatan diprediksi Arjun masih akan unggul dibandingkan reksadana jenis lain hingga akhir tahun 2023.

“Sebab, reksadana saham rentan terhadap fluktuasi pasar dan ketidakpastian serta panic selling, seperti yang kita sudah lihat selama tahun ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Reksadana Terproteksi Jadi Pilihan di Tengah Ketidakpastian Masih Menghantui Pasar

Namun, Arjun melihat, reksadana saham di semester 2 2023 bisa mengalami rebound dan mengalami kenaikan kinerjanya.

Apalagi, IHSG yang menjadi acuan kinerja reksadana saham sudah mulai rebound dan naik terus sejak beberapa minggu. Menurut Arjun, tren IHSG sudah mulai positif dan momentumnya kuat.

Selain itu, IHSG sudah turun cukup dalam serta mencapai level support dan berada di level undervalued. Akhirnya, investor saat ini tengah memborong saham blue chip dengan fundamental kuat serta prospek bisnis yang baik.

“Hal itu akan ditopang kebijakan The Fed yang diperkirakan akan dovish di tahun 2023, sehingga menjadi penopang untuk pasar saham domestik maupun global,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .