Hingga akhir tahun, ekonom prediksi inflasi lebih tinggi dari 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Juni 2019 sebesar 0,55% secara bulanan (mom) atau 3,28% secara tahunan (yoy). Adapun, inflasi sepanjang Januari hingga Juni 2019 tercatat sebesar 2,05%.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memprediksi, tingkat inflasi sepanjang tahun ini akan melebihi tahun 2018 yang hanya 3,13%. Namun, realisasinya akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dalam menentukan harga diatur pemerintah (administered prices).

“Penentuannya ada di apakah pemerintah akan melakukan kebijakan menaikkan harga barang-barang disubsidi, seperti BBM, tarif dasar listrik (TDL), atau gas tahun ini karena beban subsidi sepertinya sudah terlalu tinggi,” ujar Piter, Senin (1/7).


Dengan realisasi penerimaan negara yang masih jauh dari target hingga Mei lalu, Piter berpendapat, bukan tak mungkin pemerintah mempertimbangkan kebijakan menaikkan harga barang bersubsidi tersebut.

Lantas, dampak ke inflasi hingga akhir tahun pun akan sangat signifikan karena kenaikan administered prices akan memiliki efek gulir pada kenaikan harga banyak barang lainnya.

Kalau pun tak ada perubahan pada kebijakan terkait administered prices, Piter bilang, tingkat inflasi tetap akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Harga bahan pangan bergejolak (volatile foods) masih akan tinggi dan menyumbang inflasi paling besar.

Sepanjang Januari-Juni 2019, inflasi volatile foods mencapai 5,19%, sedangkan secara tahunan inflasi volatile foods sebesar 4,91%. “Proyeksinya inflasi tahun ini akan berkisar 3,8%-4,1%,” ujarnya.

Senada, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, harga pangan masih akan menjadi penyebab inflasi ke depan.

“Harga bahan makanan misalnya, ada pengaruh musim pancaroba dan distribusi ke daerah. Tapi mudah-mudahan ini temporer dan bisa menurun di bulan-bulan ke depan, tidak setinggi Juni,” ujarnya, Senin (1/7).

Dari sisi inflasi inti, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat adanya tren kenaikan sejak awal tahun. Januari-Juni 2019, inflasi inti tercatat sebesar 1,55% ytd, atau 3,25% yoy.

Menurutnya, inflasi inti yang meningkat di satu sisi menunjukkan tingkat permintaan dan daya beli yang membaik. Tren inflasi inti yang meningkat juga mengindikasikan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019 akan tetap stabil oleh konsumsi rumah tangga yang terjaga.

“Kalau harga minyak dunia stabil, nilai tukar juga stabil, inflasi ke depan kuncinya pada volatile foods dan saya perkirakan masih ada di kisaran 3%-3,5%,” kata David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto