KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Maret 2020 mengalami surplus sebesar US$ 743,4 juta. Menanggapi hal tersebut, Peneliti dan Ekonom Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi memproyeksi neraca dagang Indonesia bisa mengalami surplus sekitar US$ 5 miliar - US$ 6 miliar sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Penguatan rupiah ditopang neraca dagang bulan Maret "Ekspor masih akan tumbuh secara
month-to-month (mom) walau pertumbuhannya agak lambat. Impor mungkin akan turun atau tumbuh melambat di triwulan II-2020, walau pertumbuhannya masih lambat karena aktivitas ekonomi di triwulan kedua juga akan melambat," ujar Eric kepada Kontan.co.id, Rabu (15/4). Menurut Eric, lambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2020 disebabkan oleh wabah virus corona (Covid-19) dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, ia menekankan kebijakan PSBB memang sudah seharusnya untuk menghentikan penyebaran wabah. Dengan asumsi wabah corona bisa berhenti atau penyebarannya melambat pada triwulan ketiga tahun ini, maka aktivitas ekspor-impor Indonesia juga bisa meningkat. Meski begitu, Eric belum bisa memastikan apakah peningkatan kegiatan ekspor-impor ini nantinya akan sepenuhnya dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi di China.
"Pemulihan ekonomi China mestinya bisa membantu ekspor Indonesia, karena China adalah salah satu negara tujuan ekspor Indonesia. Namun, sampai saat ini kita juga masih menunggu apakah ekonomi China bisa pulih dengan cepat atau lambat. Masih terlalu dini untuk memperkirakan," kata Eric.
Baca Juga: BPS: Neraca dagang Indonesia bulan Maret 2020 masih surplus US$ 743 juta Kemudian, kata Eric, untuk kegiatan impor Indonesia berupa bahan baku, barang konsumsi, dan barang modal nantinya masih tetap ada. Meskipun tidak menutup kemungkinan pertumbuhannya secara mom akan melambat atau turun dikarenakan aktivitas ekonomi di Indonesia yang juga tumbuh melambat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi