JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan, hingga Juni 2011, telah menjual Liquified Natural Gas (LNG) atau gas alam cair sebanyak 7 kargo. Ketujuh kargo tersebut berasal dari kilang Bontang dan kilang Tangguh. "Ada 6 hingga 7 kargo yang dijual ke Jepang lewat pasar spot," ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana, akhir pekan lalu.Adapun, terkait pemenuhan kebutuhan LNG domestik yang berasal dari impor, Gde menyebut BP Migas mendukung upaya tersebut. Lantaran untuk LNG yang sudah terkontrak dengan pihak lain tidak bisa dibatalkan. Seperti diketahui, pemerintah bakal membangun floating storage receiving terminal (FSRT) di Jawa Barat, Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Pembangunan ketiga FSRT tersebut guna mencukupi kebutuhan gas industri dan PLN. Dari ketiga FSRT, hanya Jawa Barat yang sudah mendapatkan kepastian pasokan LNG. Sedangkan, untuk Sumatera Utara dan Jawa Tengah belum jelas mendapatkan komitmen kepastian pasokan LNG.Untuk FSRT Jawa Barat, kepastian pasokan LNG hanya separuh dari kapasitas kebutuhan LNG. Dari kebutuhan 3 juta ton pertahun (mtpa), FSRT Jawa Barat hanya mendapatkan kepastian pasokan LNG sebesar 1,5 juta mtpa. "Untuk kekurangannya kita bisa mencari sumber-sumber yang lain, jangan nanti pasar ekspor kita tutup hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ungkap Gde.Menurut Gde, Indonesia saat ini sudah memiliki pasar ekspor LNG yang cukup bagus. Sayang jika pasar ekspor dihentikan untuk memenuhi dalam negeri. Sedangkan, kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dari impor, dan sangat dimungkinkan juga lebih ekonomis. Dari sisi penerimaan, negara akan menerima pendapatan dari ekspor LNG. Sedangkan dari sisi pemenuhan, industri dan PLN tidak akan mengalami defisit gas."Kalau harganya lebih murah, impor akan lebih ekonomis. Harga ekspor ke jepang US$ 9 hingga US$ 10, kemudian dapat gas dari Iran US$ 5 - US$ 6, saya lebih baik ekspor dari Iran daripada menghentikan ekspor ke Jepang," imbuh Gde.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Hingga Juni, tujuh kargo LNG diekspor ke Jepang
JAKARTA. Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan, hingga Juni 2011, telah menjual Liquified Natural Gas (LNG) atau gas alam cair sebanyak 7 kargo. Ketujuh kargo tersebut berasal dari kilang Bontang dan kilang Tangguh. "Ada 6 hingga 7 kargo yang dijual ke Jepang lewat pasar spot," ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana, akhir pekan lalu.Adapun, terkait pemenuhan kebutuhan LNG domestik yang berasal dari impor, Gde menyebut BP Migas mendukung upaya tersebut. Lantaran untuk LNG yang sudah terkontrak dengan pihak lain tidak bisa dibatalkan. Seperti diketahui, pemerintah bakal membangun floating storage receiving terminal (FSRT) di Jawa Barat, Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Pembangunan ketiga FSRT tersebut guna mencukupi kebutuhan gas industri dan PLN. Dari ketiga FSRT, hanya Jawa Barat yang sudah mendapatkan kepastian pasokan LNG. Sedangkan, untuk Sumatera Utara dan Jawa Tengah belum jelas mendapatkan komitmen kepastian pasokan LNG.Untuk FSRT Jawa Barat, kepastian pasokan LNG hanya separuh dari kapasitas kebutuhan LNG. Dari kebutuhan 3 juta ton pertahun (mtpa), FSRT Jawa Barat hanya mendapatkan kepastian pasokan LNG sebesar 1,5 juta mtpa. "Untuk kekurangannya kita bisa mencari sumber-sumber yang lain, jangan nanti pasar ekspor kita tutup hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ungkap Gde.Menurut Gde, Indonesia saat ini sudah memiliki pasar ekspor LNG yang cukup bagus. Sayang jika pasar ekspor dihentikan untuk memenuhi dalam negeri. Sedangkan, kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dari impor, dan sangat dimungkinkan juga lebih ekonomis. Dari sisi penerimaan, negara akan menerima pendapatan dari ekspor LNG. Sedangkan dari sisi pemenuhan, industri dan PLN tidak akan mengalami defisit gas."Kalau harganya lebih murah, impor akan lebih ekonomis. Harga ekspor ke jepang US$ 9 hingga US$ 10, kemudian dapat gas dari Iran US$ 5 - US$ 6, saya lebih baik ekspor dari Iran daripada menghentikan ekspor ke Jepang," imbuh Gde.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News