KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencarian dana bank dari pasar modal melambat. Hal ini bisa dilihat dari realisasi penerbitan surat utang oleh bank dari awal tahun sampai September 2018. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai kuartal III-2018 tercatat industri perbankan telah menerbitkan surat berharga sebanyak Rp 111,09 triliun. Jika dilihat dari nominalnya, penerbitan surat utang ini hanya berjumlah 2% dari total pendanaan utama bank dari dana pihak ketiga (DPK).
Sementara itu, bila melihat pertumbuhannya, penerbitan surat utang perbankan tahun ini melambat. Pada tahun lalu 2017, sampai September 2017 jumlah penerbitan surat berharga tumbuh 33% secara tahunan atau
year on year (yoy) menjadi Rp 108 triliun. Namun pada tahun ini, trennya agak melambat. Pertumbuhan penerbitan surat berharga sampai kuartal III-2018 hanya 2,77% yoy. Hampir seluruh bank besar mencatat perlambatan pertumbuhan penerbitan surat berharga. Kontribusi terbesar adalah dari bank besar seperti BUKU IV, BUKU III, bank BUMN, dan bank swasta. Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan BTN mengatakan BTN berencana untuk menerbitkan surat utang jangka pendek atau
negotiable certificate of deposit (NCD). Namun rencana penerbitan atau surat utang jangka pendek tergantung pencapaian DPK. “Kalau DPK agak seret atau ketat, kami akan masuk lagi untuk pendanaan
wholesale,” kata Iman kepada kontan.co.id, Rabu (7/11). Menurut Iman, saat ini dana murah BTN seperti giro dan tabungan tumbuh lebih lambat dari yang ditargetkan.
Dana
wholesale funding ini menurut BTN berasal dari pinjaman bilateral atau sindikasi. Menurut Iman kebutuhan penerbitan NCD BTN sebesar Rp 6 triliun-Rp 7 triliun. Maksimal pendanaan
wholesale ditargetkan sebesar Rp 3 triliun-Rp 4 triliun jika diperlukan. Sementara itu, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta bilang pada tahun depan BNI akan mempertimbangkan untuk menerbitkan sisa penawaran umum berkelanjutan (PUB). “PUB kemarin masih sisa sekitar Rp 4 triliun,” kata Herry kepada kontan.co.id, Kamis (8/11). Besarnya PUB akan tergantung dari kebutuhan dan kondisi pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi