Hingga Mei 2020, transaksi layanan cash management BNI melesat jadi Rp 1.323 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis sistem pengelolaan kas atau cash management system (CMS) perbankan tercatat masih tumbuh baik hingga saat ini. Tidak hanya mengalami pertumbuhan transaksi, jumlah akuisisi baru juga terus bertambah.

CMS merupakan layanan yang khusus diberikan kepada nasabah bank yang memiliki rekening perusahaan. Layanan ini akan membantu perusahaan dalam mengontrol dan memonitoring seluruh aktivitas rekening, transaksi, hingga laporan keuangan aktivitas bisnisnya.

Baca Juga: Pacu transaksi, perbankan siapkan fitur baru dalam layanan CMS saat new normal


BNI misalnya, mencatatkan jumlah transaksi pengelolaan kas sebanyak 85 juta hingga Mei 2020 atau tumbuh 143% year on year (yoy). Nilai transaksinya juga melesat 114% yoy menjadi Rp 1.323 triliun.

Pemimpin Divisi Jasa Transaksional BNI Agung Kurniawan mengatakan, dengan pertumbuhan transaksi itu, perseroan mengantongi kenaikan pendapatan fee dari layanan tersebut sebesar 104% yoy. Namun, ia tidak merinci nilainya.

Jumlah akuisisi nasabah baru layanan CMS BNI juga terus meningkat. Saat ini, total pengguna layanan tersebut sudah mencapai 65.000 perusahaan. Sejak awal tahun ada sebanyak 6.500 akuisisi nasabah baru yang tersebar di 17 wilayah. 

"Setelah memasuki new normal, kami cukup yakin pengguna baru layanan cash management BNI akan meningkat di kisaran 125%," kata Agung pada Kontan.co.id baru-baru ini.

Dalam menghadapi kenormalan baru, BNI berencana untuk mengembangkan sejumlah fitur baru layanan CMSnya. Fitur-fitur tersebut di antaranya, portal registrasi online untuk sejumlah produk, fitur peningkatan kapabilitas Application Programming Interface (API) untuk integrasi sistem bisnis nasabah dan bank, dan lain-lain.

Baca Juga: Ramai kabar bank BUMN siap jadi pemegang sahamnya, ini kata manajemen Bank Bukopin

Dengan perkembangan yang ada sejauh ini, BNI tetap optimistis bisa mencapai target transaksi CMS tahun ini sebanyak 135 juta dengan volume transaksi Rp 3.350 triliun. Sementara fee based income ditargetkan bisa tumbuh 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi