Hingga Mei, 71 produk reksadana baru meluncur ke pasaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana terproteksi dan reksadana pasar uang menjadi reksadana yang paling banyak terbit sejak awal tahun hingga 21 Mei. 

Berdasarkan data Infovesta Utama, total penerbitan produk reksadana baru yang meluncur hingga Jumat (21/5) mencapai 71 produk. Sekedar informasi, jumlah produk reksadana baru yang meluncur di tahun lalu sebanyak 221 produk. 

Dari 71 produk reksadana baru yang meluncur, reksadana terproteksi masih mendominasi penerbitan reksadana baru yaitu sebanyak 28 produk. Selanjutnya, menysul penerbitan reksadana pasar uang sebanyak 26 produk. Sedangkan, penerbitan reksadana pendapatan tetap mencapai 12 produk. 


Baca Juga: Tren pelemahan IHSG menekan kinerja reksadana berbasis saham

Penerbitan reksadana saham, indeks, ETF, campuran dan penyertaan terbatas masing-masing hanya ada 1 produk baru, Sementara, jumlah reksadana baru yang terbit di tahun lalu mencapai 221 produk.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan saat ini peluncuran reksadana baru berjenis reksadana pasar uang cukup mendominasi karena minat masyarakat di tengah tekanan ekonomi beralih ke aset yang risikonya rendah.  

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich juga mengatakan dalam menerbitkan produk reksadana baru di tahun ini faktor yang dipertimbangkan adalah kebutuhan investor saat ini. Di tengah masih banyaknya likuiditas di pasar keuangan, Farash melihat permintaan terhadap produk jangka pendek seperti reksadana pasar uang menjadi tinggi.

Sementara, jika hingga saat ini penerbitan reksadana terproteksi masih ramai, ke depan ada potensi penerbitan reksadana tersebut menurun. Farash mengatakan ada banyak faktor yang harus diperhitungkan. Misalnya, yield yang turun, tingkat pajak yang direncanakan pemerintah naik, serta risiko kredit yang naik. 

Baca Juga: Penerbitan produk reksadana baru tahun ini berpotensi turun, simak penyebabnya

"MI jadi lebih berhati-hati juga mencari underlying asset untuk reksadana terproteksi yang seimbang antara risiko dan potensi imbal hasilnya," kata Farash. 

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management juga mengatakan para manajer investasi saat ini cenderung wait and see dalam menerbitkan reksadana terproteksi karena kasus gagal bayar aset reksadana tersebut belakangan ini. 

Selanjutnya: Kinerja reksadana berbasis saham terseret penurunan IHSG sepanjang Mei

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi