Hingga September, hasil investasi Prudential Indonesia masih defisit *



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga September 2018, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) mencatat penurunan hasil investasi. Total investasi yang  unit usaha syariah Prudential Indonesia per September 2018 mencapai Rp 8,92 triliun, terdiri dari deposito 17%, saham syariah 54,5%, surat berharga syariah negara 22%, dan sisanya di reksadana syariah. Dari investasi itu, Prudential Indonesia membukukan defisit hasil investasi sebesar Rp 616 miliar.

Keadaan ini berbeda dengan periode yang sama tahun lalu. Per September 2017, unit usaha syariah perusahaan asuransi jiwa ini berinvestasi sebanyak Rp 9,79 triliun dengan porsi 23% pada deposito, 56% pada saham syariah, 19% pada surat berharga syariah negara, dan sisanya pada sukuk dan obligasi syariah. Dengan besaran investasi ini, Prudential Indonesia membukukan hasil investasi sebesar Rp 606 miliar.

Dari tahun ke tahun, unit usaha syariah Prudential Indonesia memang lebih banyak menempatkan dana nasabahnya ke investasi saham. “Memang, sebagian besar nasabah Prudential memiliki produk unitlink dengan pilihan invetasi pada saham dalam negeri,” kata Corporate Communications & Sharia Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo kepada Kontan.co.id Selasa (18/12).


Hal ini sejalan dengan industri asuransi jiwa syariah secara keseluruhan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada penurunan hasil investasi asuransi jiwa syariah, dari Rp 1,53 triliun pada September 2017 menjadi defisit Rp 631 miliar pada September 2018. Padahal, nilai investasi asuransi jiwa syariah meningkat sebesar 10% secara year on year, dari Rp 28,76 triliun pada September 2017 menjadi Rp 31,71 triliun pada September 2018. Persentase investasi ke saham syariah mencapai 46%, diikuti oleh reksadana syariah 18%, deposito 16%, dan sukuk 5%.

Sebelumnya, Pengamat Kebijakan Perasuransian dan Jaminan Sosial Irvan Rahardjo mengatakan, investasi asuransi jiwa syariah paling banyak digelontorkan ke portofolio saham syariah. “Pasar modal yang tengah bergejolak berdampak pada adanya defisit investasi asuransi jiwa syariah ini,” kata Irvan Kamis (13/12).

Oleh karena itu, ia menyarankan asuransi syariah untuk memindahkan sebagian investasinya ke instrumen deposito, sukuk, dan reksadana pendapatan tetap. Alasannya, bank sentral Amerika Serikat, The Fed, diprediksi masih akan menaikkan suku bunganya tahun depan. “Deposito akan lebih baik seiring dengan kenaikan bunga acuan Bank Indonesia yang dipicu kenaikan suku bunga The Fed,” kata dia.

Meskipun begitu, Prudential Indonesia optimistis prospek asuransi jiwa syariah di 2019 makin cerah. Alasannya, menurut Nini, rata-rata pertumbuhan asuransi jiwa syariah dari beberapa tahun terakhir jauh lebih cepat dari asuransi jiwa konvensional. Selain itu, ia menilai, minat masyarakat terhadap produk asuransi jiwa berbasis syariah semakin tinggi. “Menurut survei di 10 kota yang kami lakukan pada 2016, sekitar 40% dari 30 juta masyarakat kelas menengah ke atas di Indonesia mengatakan mereka berminat membeli asuransi syariah,” kata dia.

Asal tahu saja, hingga September 2018, Prudential Indonesia mencatat kenaikan premi bruto lini syariah sebesar 9,6% secara year on year menjadi Rp 2,7 triliun.

*Telah dilakukan ralat pada Rabu (19/12). Sebelumnya tertulis, imbal hasil investasi Prudential Indonesia defisit Rp 816 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi