Hingga tengah tahun, pertumbuhan startup lesu



JAKARTA. Industri start up tengah lesu. Merujuk data East Ventures, pada semester I 2017 pertumbuhan industri start up turun sekitar 23%, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan rilis yang di terima KONTAN pada Senin (31/7), investor menyebutkan para pebisnis start up menghadapi kendala dalam menjalankan bisnisnya sehingga mereka kesulitan untuk menampilkan proses yang tepat untuk mengantongi keuntungan. Hal ini rupanya berimbas pada nilai investasi yang juga mengalami penurunan.

Prediksinya, kondisi ini masih akan berlanjut sehingga para pemilik modal akan lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya dan memberikan valuasi. "Investor ingin melihat start up menciptakan 'bisnis' dengan ekonomi unit yang tepat dan bukan hanya 'produk'," kata Aldi Adrian Hananto, Head of Investment dari Mandiri Capital Indonesia (MCI).


Raditya Pramana, Investmen Manager Venturra Capital menyebutkan, beberapa perusahaan rintisan ini akan terkoreksi valuasinya karena mereka tak dapat meraih keuntungan usahanya.

Namun, Rieka Handayani, Head Public Relation idEA menampik survei tersebut. Berdasarkan pengamatannya, masih banyak start up baru yang bermunculan. " Setiap saya pergi ke daerah pasti ketemu saja dengan yang baru," katanya pada KONTAN, Senin (31/7).

Menurutnya, sekarang banyak start up yang melakukan kolaborasi dengan sesamanya untuk bertahan hidup. Misalnya yang paling baru adalah Blibi.com yang mengakusisi Tiket.com. Hal ini dianggap biasa karena dibutuhkan modal kerja yang besar untuk bertahan dan bersaing.

Rieka menambahkan kemunculan start up masih akan menjamur hingga tahun 2020. Di tahun itu, juga akan menjadi momen penentu keberhasilan para pembesut start up mempertahankan bisnisnya.

Menurutnya, para penanam modal saat ini bukannya enggan menyuntikkan dana tapi masih dalam tahap wait and see terkait perkembangan para start up. " Investor dalam negeri masih banyak kok yang mengucurkan dana melalui ajang inkubasi," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.