KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2018 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia usaha. Optimisme menangkap peluang pertumbuhan ekonomi membutuhkan kejelian di tengah tahun politik. Menurut Kamrussamad, Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (Kahmi), proyeksi ekonomi Indonesia 2018 berpotensi turbulensi jika pilkada serentak tidak dapat dikendalikan dan diamankan dengan baik. "Jika tak terkendali dapat berdampak hengkangnya investor yang memang sudah cemas menghadapi tahun politik 2018-2019," ujar dia, di sela peluncuran Pogram Garuda (Gerakan Wirausaha Berdaya), di Madiun, Jawa Timur, Sabtu (16/12), dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (17/12). Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 sekitar 5% dengan skala prioritas kebijakan pembangunan infrastruktur nasional dinilai belum mampu menggerakan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal. Salah satu indikator kecemasan adalah tingkat kemiskinan meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2017 sebesar 1,83% menjadi 27.771.220 orang yang terbagi 10.670.000 orang i kota dan 17.101.220 orang di pedesaan. Kemiskinan ini meningkat karena dua hal. Satu, angka pengangguran semakin meningkat. Trcatat angkatan kerja indonesia 131 juta, sedangkan terserap cuma 124 juta orang dan jika dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja 3 juta per tahun sementara daya serap 150.000 orang per tahun. Faktor kedua yang berpotensi meningkatkan kemiskinan adalah ketimpangan ekonomi indeks rasio gini 2017 secara nasional sebesar 0,4-0,41, sedangkan rasio gini daerah sebesar 0,33-0,41.
Hipka: Mewaspadai turbulensi ekonomi di 2018
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2018 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia usaha. Optimisme menangkap peluang pertumbuhan ekonomi membutuhkan kejelian di tengah tahun politik. Menurut Kamrussamad, Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (Kahmi), proyeksi ekonomi Indonesia 2018 berpotensi turbulensi jika pilkada serentak tidak dapat dikendalikan dan diamankan dengan baik. "Jika tak terkendali dapat berdampak hengkangnya investor yang memang sudah cemas menghadapi tahun politik 2018-2019," ujar dia, di sela peluncuran Pogram Garuda (Gerakan Wirausaha Berdaya), di Madiun, Jawa Timur, Sabtu (16/12), dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (17/12). Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 sekitar 5% dengan skala prioritas kebijakan pembangunan infrastruktur nasional dinilai belum mampu menggerakan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal. Salah satu indikator kecemasan adalah tingkat kemiskinan meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2017 sebesar 1,83% menjadi 27.771.220 orang yang terbagi 10.670.000 orang i kota dan 17.101.220 orang di pedesaan. Kemiskinan ini meningkat karena dua hal. Satu, angka pengangguran semakin meningkat. Trcatat angkatan kerja indonesia 131 juta, sedangkan terserap cuma 124 juta orang dan jika dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja 3 juta per tahun sementara daya serap 150.000 orang per tahun. Faktor kedua yang berpotensi meningkatkan kemiskinan adalah ketimpangan ekonomi indeks rasio gini 2017 secara nasional sebesar 0,4-0,41, sedangkan rasio gini daerah sebesar 0,33-0,41.