HIPKI: Kemajuan Hilirisasi Kuarsa Tergantung Industri Dalam Negeri



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pengusaha penambang pasir kuarsa/silika menilai potensi bisnis dalam negeri dan luar negeri sangat dipengaruhi oleh keberhasilan industri mengelola dan membentuk pasar produk hilir pasir kuarsa. 

Ketua Umum Himpunan Penambang Kuarsa Indonesia (HIPKI), Ady Indra Pawennari menyatakan, potensi pasar di dalam negeri dan luar negeri sangat dipengaruhi oleh berbagai macam parameter, seperti besarnya permintaan dan daya serap, juga yang pasti adalah harga pembelian dari industri hilir atau pasar ekspor.

“HIPKI menilai dinamika pasar dalam negeri dalam 2-3 tahun mendatang masih akan sangat terbatas dan tergantung dari kemajuan industri hilirisasi dalam negeri,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (31/10). 


Baca Juga: Kemenperin Susun Roadmap Hilirisasi Pasir Kuarsa

Lantas jika hilirisasi mulai berjalan di Tanah Air, HIPKI tidak bisa begitu saja membandingkan dengan nilai pasar ekspor yang sudah tergarap saat ini.  Pasalnya ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat kompetitif dari kedua pasar tersebut. 

Edy menyoroti sejumlah poin, yakni hilirisasi harus bersifat saling menguntungkan (mutualisme). Tidak hanya menguntungkan salah satu pihak saja dan berujung mengorbankan yang lain (predatori). 

Kemudian, harga beli pasir kuarsa dalam negeri harus kompetitif sehingga tidak merugikan para penambang.

Ketiga, HIPKI mendorong terbukanya pasar domestik yang kompetitif, sehingga hilirisasi bisa menyambut pasokan material dari hulu.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) saat ini ada tiga pelabuhan ekspor utama pasir kuarsa di Indonesia pada tahun 2023, yakni di Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau sebesar 765.550 ton, Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah sebesar 275.047 ton dan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat sebesar 95.900 ton. 

Baca Juga: Pengusaha Tambang Pasir Kuarsa Mengaku Sulit Dapat Izin Pertambangan

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, di Indonesia terdapat 328 perusahaan pencadangan pasir silika, 98 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), 82 Pemegang IUP Eksplorasi dengan realisasi penambangan pasir silika pada 2021 sebesar 2,01 juta meter kubik, dan 330 juta ton total cadangan. 

Adapun lokasi potensial tambang pasir silika ada di Bangka Belitung, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Barat, dan tidak menutup potensi-potensi di tempat lainnya. Sedangkan Kuarsit total sumber dayanya sebesar 297 juta ton dan lokasi utama potensi penambangannya ada di Aceh. 

Berdasarkan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin, saat ini tercatat ada 21 perusahaan pengolahan pasir silika dengan kapasitas terpasang 738.536 ton per tahun (tpy) dengan realisasi volume produksi dari sembilan perusahaan pada tahun 2022 sebesar 404.755 ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .