KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah membeberkan pukulan yang diterima oleh industri ritel fesyen dalam negeri akibat pandemi Covid-19. "Bisnis ritel fesyen di Indonesia terpukul sejak awal tahun, dimulai dari banjir lalu Covid-19 yang berujung pada penutupan mall sejak Maret sampai Juni," jelas Budihardjo kepada Kontan.co.id, Selasa (4/8).
Baca Juga: Bisnis ritel terpukul Covid-19, ini insentif yang diharapkan Hippindo Ia menjabarkan, kultur bisnis ritel fesyen di Indonesia cukup berpengaruh pada dua momen, yakni hari raya Lebaran dan Natal. Hari Raya Lebaran yang jatuh di masa pandemi, membuat peritel fesyen harus kehilangan meraup 30% omset tahunan yang didapatkan dari momen Lebaran. Akibatnya, peritel fesyen juga berhadapan dengan jumlah atau stock yang menumpuk. Asal tahu saja, pebisnis ritel fesyen biasanya mampu meraup 30% omset setahun, dalam satu momen yakni lebaran. "Pukulan tahun ini masuk sejak banjir melanda pada awal Januari, apalagi DKI Jakarta yang menjadi lumbung omset sekitar 50% terimbas banjir. Lalu, diikuti oleh Covid-19 pada Maret sampai Juni," sambungnya. Sejak mall kembali beroperasi pada Juni lalu, peritel memutuskan untuk mengadakan program Hari Belanja Diskon ke-4 yang berlangsung secara nasional. "Hal ini dilakukan selain untuk menggerakkan kembali konsumsi, juga untuk menghabiskan stock yang menumpuk atau
clearence," jelasnya. Namun begitu, Budihardjo menyatakan bisnis ritel fesyen di dalam negeri terdorong berkat transaksi yang terjadi di luar Pulau Jawa.
Baca Juga: Ini subsektor industri ritel yang paling terdampak Covid-19 di Indonesia Hippindo mencatat, beberapa peritel yang memiliki jaringan di luar kawasan DKI Jakarta mampu tetap berdiri karena adanya pemasukan transaksi dari kawasan luar Pulau Jawa. "Di luar Pulau Jawa transaksi ritel fesyen masih sangat bagus, ini hal yang membuat ritel fesyen dalam negeri bertahan. Penjualan online bagus dan Juni ini, ekspor kembali bangkit, terutama untuk permintaan APD dan masker ke luar negeri. Tapi tetap, hal ini dibarengi dengan efisiensi, negosiasi biaya sewa, dan lainnya," jelas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari