Hitung cepat Kompas dan perjuangan mengawasi suara



JAKARTA. Sry Rambu Kaita (28), Selasa (8/7) siang, dengan diboncengkan kakak laki-lakinya, melewati kampung-kampung, hutan, dan hamparan bukit-bukit savana Sumba untuk mencapai desa terpencil di selatan Waingapu, ibu kota Sumba Timur, di Nusa Tenggara Timur. Dia menempuh jarak sekitar 50 kilometer untuk menuju salah satu TPS di Desa Maidang, Kecamatan Kambata, Sumba Timur.

Sry termasuk salah satu interviewer quick count Litbang Kompas yang bertugas mengumpulkan data di wilayah NTT. Dia terbilang gigih dan tak pernah terdengar mengeluh saat menjalankan tugasnya.

Sry dan sang kakak bahkan sempat harus berhenti dan menyingkirkan sebatang pohon cukup besar yang tumbang menghalangi jalan di tengah hutan.


Lain pula kisah Herma Subiah Rahim (21), interviewer di Riau. Untuk mencapai TPS tempat tugasnya di Desa Pasenggrahan, Sungai Batang, dia harus menempuh 4 jam perjalanan, termasuk setengah jam di atas pompong (perahu kecil). Jalan rusak dan becek adalah bagian dari perjuangannya dari Tembilahan, Indera Giri Hilir.

Bahkan, relawan Modestus Modes (25) di Kalimantan Barat harus menempuh 6 jam perjalanan bersepeda motor menembus pedalaman di Kapuas Hulu demi mencapai TPS-nya.

2.500 lebih tenagaBagi 2.547 tenaga interviewer, surveyor, relawan yang melakukan pengumpulan data hitung cepat, perjalanan berjam-jam yang sulit, medan berat, dan terkadang berbahaya harus mereka jalani.Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa dan sudah bergabung menjadi relawan Kompas sejak quick count Pemilu Legislatif April 2014.Hambatan tak hanya di perjalanan. Sampai di TPS tujuan, mereka pun harus mendapatkan izin dari kelurahan hingga RT, mencari akomodasi, dan tentu saja mencari spot sinyal telepon genggam yang terkuat.Maklum, "jantung" proses hitung cepat adalah kecepatan pengiriman data hasil pemungutan suara di TPS yang dikirim surveyor di lapangan kepada pusat data. Data yang terkirim itu kemudian dikonfirmasi validitasnya melalui proses cek dan ricek ke petugas atau surveyor yang bertugas di TPS.Untuk menjamin validitas dan kelancaran pengiriman data, Litbang Kompas menyelenggarakan pusat data regional, yaitu di Medan, Jakarta, Makassar, dan Ambon, sebelum dipusatkan di Jakarta.Alat kontrolKegiatan hitung cepat merupakan sistem pemantauan hasil pemilu yang dapat mendorong hasil pemilu yang jujur dan relatif bersih. Dengan metode ini, hasil pemilu dapat dilihat pada hari itu juga setelah penghitungan suara di TPS usai dilakukan.Untuk menjaga kredibilitas dan independensi, seluruh rangkaian penelitian pemilu dan hitung cepat Kompas dilakukan dengan pendanaan secara mandiri.Kompas juga menyelenggarakan survei pasca pemilihan (exit poll). Exit poll dilakukan untuk melihat gambaran kencenderungan pilihan pemilih dan alasannya. Exit poll dilaksanakan dengan mewawancarai pemilih seusai melakukan pemilihan di TPS.Hitung cepat Kompas telah diselenggarakan untuk kesekian kali setelah Pilkada Jawa Barat 2013, Pilkada DKI Jakarta (2007 dan 2012), dan Pilkada Jawa Timur (2008 dan 2013).Hasil yang diperoleh tergolong presisi dengan tingkat kesalahan prediksi di bawah 1% toleransi kesalahan (margin of error) yang ditetapkan. Dalam hitung cepat pilpres yang akan berlangsung ini, sampel yang ditetapkan berjumlah 2.000 TPS yang tersebar di 34 provinsi.Kekuatan hitung cepat ditentukan oleh ketepatan pemilihan sampel dan jumlah sebaran sampel. Dengan mendasarkan pengambilan sampel secara acak bertingkat dari populasi TPS KPU, dan jumlah sampel 2.000 TPS, diperkirakan tingkat ketepatan prediksi berada di rentang kesalahan kurang dari 1%.Media sebagai bagian dari pilar demokrasi memiliki peran penting menjaga pemilu yang berkualitas. Perjuangan para relawan membantu pelaksanaan hitung cepat. (Toto Suryaningtyas/Litbang Kompas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia