Hitung Dampak Kenaikan BBM, Dharma Polimetal (DRMA) Belum Mengerek Harga Komponen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) masih mengkaji dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap bisnis komponen otomotif. Manajemen DRMA tidak mau asal menaikkan harga jual produk komponen otomotif karena saat ini permintaan sedang naik signifikan akibat kelangkaan semikonduktor pasca-lockdown di Shanghai. 

Presiden Direktur Dharma Polimetal, Irianto Santoso mengatakan, pihaknya masih membahas dampak kenaikan harga BBM baik di level internal maupun eksternal serta berdiskusi dengan pemangku kepentingan lain. 

“Pada prinsipnya, DRMA berharap supaya roda perekonomian Indonesia dapat tetap berjalan dan terus bertumbuh. Oleh karena itu, kami tidak bisa asal menaikkan harga,” kata Irianto kepada Kontan.co.id, Jumat (23/9). 


Baca Juga: Order Komponen Otomotif Dharma Polimental (DRMA) Diproyeksi Naik, Ini Penyebabnya

Dia menambahkan, kalau asal menaikkan harga, kenaikan harga bisa menjadi sia-sia jika kemudian berakibat pada penurunan pesanan secara drastis. 

Saat ini, Irianto mengungkapkan, DRMA justru sedang mencatat peningkatan order komponen otomotif. Rata-rata permintaan terhadap komponen otomotif produksi Dharma Polimetal pada bulan Agustus naik 20% dibandingkan rata-rata bulan Januari-April 2022.

Irianto menyebut, lonjakan permintaan komponen otomotif pada kuartal ketiga tersebut terjadi antara lain karena persoalan kelangkaan semikonduktor akibat lockdown di Shanghai yang sempat menghambat produksi otomotif sudah mulai teratasi. Bersamaan dengan proses pemulihan pasokan semikonduktor tersebut, pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi juga tengah berlangsung.

Oleh karena itu, sejauh ini kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak sampai menghentikan pertumbuhan permintaan komponen otomotif.

Baca Juga: Dharma Polimetal (DRMA) Bakal Kembangkan Kendaraan Listrik Roda Tiga

Adapun order komponen otomotif DRMA untuk bulan September ini diperkirakan naik sekitar 30%. Sementara pesanan untuk bulan Oktober diperkirakan akan meningkat 35% dari rata-rata permintaan periode Januari sampai April 2022. 

Jadi, sejauh ini kenaikan harga BBM belum mempengaruhi pertumbuhan permintaan DRMA. Irianto menyebutkan pihaknya tentu harus berhati-hati supaya apapun keputusan yang akan dibuat nanti jangan sampai menghambat pertumbuhan permintaan.

Dengan permintaan yang melonjak ini, Irianto bilang, pihaknya tetap optimistis target pertumbuhan di 2022 sebesar 20% dan pertumbuhan laba bersih sebesar 50% dapat tercapai. 

Di sepanjang semester pertama 2022, DRMA mencatatkan laba bersih Rp 144,59 miliar atau tumbuh 44% secara tahunan. Kenaikan laba ini didukung karena pendapatan DRMA juga tumbuh hingga 22% secara tahunan menjadi Rp 1,59 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati