KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya wabah virus corona di seluruh dunia telah memberikan satu kesadaran bahwa ketercukupan dan ketahanan pangan adalah faktor yang paling utama untuk keberlangsungan hidup setiap manusia dan setiap bangsa. Tanpa pangan yang cukup tersedia, manusia pun terancam baik karena kelaparan maupun karena konflik atau perang saudara memperebutkan sumber-sumber pangan strategis. Dalam diskusi nasional dengan tema 'Peran Pemuda dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di tengah Pandemi', Ketua Umum HKTI Moeldoko bilang FAO telah memberikan peringatan bahwa sangat mungkin terjadi krisis pangan. Di Indonesia, dia bilang produksi beras pada 2019 hanya 31,31 juta ton, turun 7,75 % dari produksi 2018 yang mencapai 33,94 juta ton. Baca Juga: Tidak hanya ojol, Pertamina harus perhatikan pasokan BBM ke nelayan
"Walaupun sebenarnya kita sudah surplus tapi berasnya ada dimana? Berasnya berada di masyarakat, toko-toko dan gudang-gudang kecil. Kalau stok itu tersebar cadangan akan menipis. Oleh karena itu kita perlu memaksimalkan potensi di daerah masing-masing sehingga ketahanan pangan nasional bisa terwujud," kata dia dalam keterangannya, Sabtu (19/4). Ketua Umum Pemuda Tani HKTI, Rina Saadah menambahkan agenda ini dilaksanakan terkait perkembangan isu ketahanan pangan nasional di tengah pandemi, keterlibatan Pemuda Tani HKTI untuk membantu pemerintah. Rina menekankan, fungsi dan tugas pemuda tani adalah ikut turun membantu program pemerintah menyerukan masyarakat menanam secara nasional sehingga kebutuhan pangan bisa terpenuhi secara nasional. “Kami meminta agar pemerintah bisa mendorong gerakan membeli hasil panen petani secara nasional dan memberikannya kepada seluruh rakyat Indonesia agar dapat memberikan rasa aman akibat dampak dari pembatasan sosial yang berskala besar," kata Rina.