HMSP berharap bisnis meningkat lewat pabrik baru



JAKARTA. Lantaran sulit mendongkrak penjualan secara maksimal di tahun lalu, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) mengalami penurunan laba bersih. Tercatat per Desember 2014, laba bersih perseroan turun 5,8% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 10,81 triliun menjadi Rp 10,18 triliun.

Selain itu, produsen rokok ini juga hanya mampu membukukan penjualan bersih sebesar Rp 80,69 triliun. Jumlah tersebut naik 7,5% dari tahun 2013 yang sebesar Rp 75,02 triliun. Di saat yang sama, sejumlah pos pada beban perusahaan mengalami kenaikan.

Beban itu di antaranya, beban penjualan yang meningkat dari Rp 4,02 triliun menjadi Rp 5,29 triliun. HMSP juga harus menanggung beban umum dan administratif dengan nilai mencapai Rp 1,39 triliun. Kemudian, beban lain-lain juga tercatat sebesar Rp 263,1 miliar.


Manajemen HMSP sendiri mengatakan, memang 2014 merupakan tahun yang sulit bagi industri tembakau di Indonesia dengan tantangan yang semakin ketat dan beban perusahaan yang meningkat. Meski begitu, di tengah tantangan yang dihadapi, perseroan mengklaim di tahun lalu telah berhasil mencapai 109,7 miliar batang rokok. Tak hanya itu, di tahun lalu perseroan juga mengklaim berhasil meraih pangsa pasar sebesar 34,9%.

Manajemen HMSP juga menyampaikan, di antara produk rokok yang beredar di pasaran, Sigaret Kretek Tangan (SKT) tengah mengalami penurunan jangka panjang. Itu dipengaruhi oleh perubahaan selera perokok dewasa ke produk Sigaret Kretek Mesin (SKM). Tren yang berubah itu pula terlihat pada portofolio SKT HMSP yang menurun hampir seperempat volume di tahun lalu.

Selain itu, keadaan tersebut juga yang membuat perseroan harus merekstrukturisasi operasional pabrik SKT dengan menutup dua pabrik SKT yang berlokasi di Lumajang dan Jember, Jawa Timur. Sekedar tahu saja, saat ini produk SKT HMSP terdiri dari, Dji Sam Soe, Sampoerna Kretek dan Panamas Kuning. Serta produk untuk SKM yakni, Sampoerna A, U mild dan Dji Sam Soe Magnum.

Maka tak heran jika produk SKM HMSP adalah pendorong utama pertumbuhan kinerja perusahaan. Adapun selama 2014, produk SKM telah berkontribusi setidaknya 9% terhadap volume penjualan. ,"Terbukti, produk rokok HMSP yakni, Sampoerna A masih mempertahankan posisinya sebagai merek rokok terkemuka di Indonesia," tulis manajemen dalam annual report 2014.

Untuk ke depannya, HMSP berencana memperbesar ekspor rokok ke mancanegara. Nah, untuk merealisasikan hal tersebut, perseroan telah mengoperasikan pabrik terbarunya yang berada di Karawang, Jawa Barat. Pabrik itu didirikan dengan total nilai investasi Rp 2 triliun.

"Kami terus berinvestasi untuk meningkatkan ekspor, agar Indonesia memperoleh nilai tambahnya juga," kata Paul Norman Janelle, President Director HMSP beberapa waktu lalu. Namun sayangnya, Paul tak memberikan rincian soal kinerja ekspor yang telah dicapai perusahaannya selama ini. Ia, hanya memastikan bahwa kontribusi penjualan ekspor lebih kecil ketimbang penjualan rokok di pasar domestik.

Walaupun, pabrik Karawang sudah selesai dibangun, namun Paul berkomitmen akan menambah investasinya di Indonesia. Bentuk investasi tersebut antara lain, membeli mesin khusus dan menambah gudang guna menunjang kinerja ekspor perseroan. Dari sisi pasar ekspor, saat ini telah merambah pasar rokok di 39 negara dengan tujuan ekspor terbesarnya adalah Malaysia. Paul juga optimistis, kinerja eksor rokok HMSP dapat naik setelah beroperasinya pabrik baru tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie