HMSP berutang untuk tambah modal kerja



JAKARTA. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) akan memperoleh dana segar. Emiten rokok ini mendapat pinjaman melebihi 50% dari total nilai ekuitasnya. Pada akhir tahun 2014, ekuitas HMSP adalah Rp 13,49 triliun. Ini berarti, HMSP diperkirakan memperoleh pinjaman di atas Rp 6,74 triliun.

“Jumlah pinjaman yang dibutuhkan HMSP timbul karena adanya peningkatan kebutuhan modal kerja perseroan,” sebut Direktur Utama HMSP Paul Norman Janelle, dalam prospektus yang diterbitkan perseroan, Rabu, (16/9). Fasilitas pinjaman (uncommitted revolving loan facility) tersebut didapat dari Philip Morris Finance SA (PM Finance), perusahaan terafiliasi yang bermarkas di Swiss.

Paul menjelaskan, manfaat dari transaksi ini di antaranya adalah tidak ada mekanisme penjaminan, potensi suku bunga rendah, serta likuiditas dan proses yang mudah. Pinjaman ini bertenor 24 bulan untuk setiap penarikan dana. Kemudian, mekanisme suku bunganya akan disamakan atau lebih rendah dibanding bunga bank asing yang beroperasi di Jakarta. Setelah memperoleh pinjaman, giliran HMSP memberi pinjaman kepada PM Finance.


Nilai pinjaman ke PM Finance ini tak akan melebihi 100% laba bersih perseroan. HMSP diasumsikan memiliki potensi kelebihan dana pada awal 2016. Apabila proses penerbitan saham baru lancar, maka dana yang dipinjamkan adalah Rp 10,02 triliun dari laba bersih.

Pada 1 September 2008, HMSP mengikatkan diri dengan PM Finance dalam perjanjian pinjam meminjam antar perusahaan hingga 1 September 2018. Nilai fasilitas pinjaman ditentukan oleh PM Finance dan HMSP. Yang pasti, nilainya tidak boleh melebihi 10% pendapatan atau 20% dari ekuitas.

Di semester satu lalu, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) HMSP 1,02 kali. Sedang rasio utang terhadap aset atau debt to asset ratio emiten yang merajai kapitalisasi pasar saham ini adalah 0,5 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie