Hobi Dibya berbuah bisnis agensi foto online



Meski berlatar teknik sipil, Dibya Pradana sukses menjadikan ayofoto.com sebagai situs jual beli foto terkenal. Dalam enam tahun, situs jual beli foto itu sudah memiliki 50.000 anggota dengan total nilai transaksi sampai miliaran setahun. Gabungan hobi, pengalaman, serta ketekunan bisa melahirkan sebuah prestasi. Inilah resep sukses Dibya Pradana mengelola Ayofoto.com. Bermula dari sekadar menyalurkan hobi membuat situs, Ayofoto.com menjelma menjadi sebuah komunitas fotografi dengan anggota lebih dari 50.000. Kini, situs yang dibangun sejak 2005 itu menjadi wahana jual-beli foto hasil karya fotografer amatir maupun profesional. Saat ini, setiap bulan, transaksi di Ayofoto bisa mencapai ribuan foto. Biasanya, nilai transaksi setahun sekitar Rp 2 miliar. Tahun ini, selain dari transaksi, ia mengharapkan bisa meraup omzet dari event. Salah satu kiatnya adalah menggelar beragam event bersama merek tertentu (brand community engagment). Misalnya, ia bekerja sama dengan Nikon, Canon, Sony, Telkomsel, dan beberapa perusahaan lain. Yang menarik, Dibya mengaku, saat merancang situs Ayofoto, ia hanya mengeluarkan modal sekitar Rp 10 juta. Bukan kebetulan, ayah tiga orang putri itu punya kemampuan di bidang pemrograman situs (web programming). Ia pun terang-terangan mengakui bahwa Ayofoto terinspirasi oleh situs tempat berbagai foto Flickr yang kala itu sedang ngetop. Lahir di Jayapura, Papua, pada 8 September 1975, Dibya merupakan anak terakhir dari empat bersaudara. Ia mulai menekuni hobi fotografi sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan mengikuti ekstrakurikuler fotografi. Semasa sekolah, berbekal kamera Nikon milik sang ayah, ia rajin hunting objek foto dan bereksperimen untuk mendapatkan hasil terbaik. Selama kuliah Teknik Sipil di Universitas Trisakti, Dibya memperdalam web programming dan sesekali menerima permintaan untuk membuat situs. Tahun 2000 sampai 2001, ia bekerja sebagai Information Technology Manager di PT Multimedia Layanan Jasatama atau lebih dikenal dengan RadioClick (radioclick.com). RadioClick merupakan salah satu situs e-commerce pertama di tahun 2000. Di situ, ia merancang berbagai hal yang berhubungan dengan e-commerce, seperti membuat situs agar terhubung dengan jaringan bank untuk pembayaran. Selepas dari RadioClick, sejak 2002 sampai 2006, ia dipercaya sebagai Direktur Utama di PT Sircom Indonesia, perusahaan di bawah naungan Medco Group. Nah, di tengah waktu luangnya sebagai direktur, ia mulai menggarap Ayofoto hingga diluncurkan pada September 2005. Dibya sempat kaget, setelah setahun berdiri, ternyata Ayofoto berkembang pesat dan memiliki anggota lebih dari 10.000 orang. Alhasil, pada 2006, ia memutuskan keluar dari Medco dan mengembangkan Ayofoto. Dari sekadar ajang saling pamer karya foto, pada tahun 2007, Dibya mendirikan PT Jejala Pararta International untuk menaungi Ayofoto dan menjadikannya sebagai sarana transaksi bagi mereka yang menjual dan membutuhkan foto. Salah satu kekuatan Ayofoto adalah basis komunitas yang kuat. “Foto yang di-upload kadang hasil hunting bersama,” tutur Dibya. “Saya ingin semua orang punya kesempatan yang sama untuk dapat royalti dari karya foto,” ujarnya.Kendala di masyarakatAwalnya, semua transaksi di Ayofoto dilakukan secara manual. “Mereka yang ingin membeli foto mesti datang ke rumah saya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat,” tuturnya. Tapi, Dibya menganggap, sistem itu tidak mempercepat laju bisnis. Setelah mempelajari sistem transaksi jual-beli foto di luar negeri, pada 2009, Dibya meluncurkan transaksi jual beli foto secara online, dengan mengacu kepada standar agensi foto internasional. “Tapi, saya tak menggunakan prosedur serumit agensi foto luar negeri,” tuturnya. Awal 2011, Dibya juga mendirikan PT Ayofoto Media Internasional agar memperkuat posisi Ayofoto sebagai agensi foto. “Saya ingin, ketika ingin mencari foto, orang mengingat Ayofoto,” ungkapnya. Meski begitu, masih ada kendala dalam bisnis ini. “Sebagian masyarakat masih menganggap foto bisa di-copy paste begitu saja,” ujarnya. Ada juga yang mempertanyakan kenapa harga tiap foto berbeda. Maklum, Dibya menerapkan standar tertentu. Misalnya, foto untuk promosi dijual mulai Rp 40.000 per foto. Tapi, jika yang membeli korporasi, harganya mulai Rp 4 juta. “Harga lebih mahal karena kami gunakan mekanisme jual putus,” ujarnya. Pembagian margin dengan anggota juga berbeda, tergantung jenis foto.Saat ini, dari 300.000 foto di Ayofoto, tidak semua bisa dijual. “Ada opsi bagi anggota untuk menjual atau tidak. Yang bisa dijual sekitar 25.000 foto,” ujarnya. Selain dari penjualan foto, pendapatan lain dari iuran anggota yang mendaftar dengan pilihan Pro Account senilai Rp 350.000 - Rp 600.000 per tahun. Jerih payah Dibya terbayar . Ia diganjar juara pertama ICT Award (INAICTA) 2009 kategori e-Business for SME Indonesia dan menjadi satu-satunya delegasi Indonesia untuk kategori Start-up Company di Asia Pacific Alliance ITC Award (APICTA) 2009 di Melbourne, Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi