Imlek kian dekat. Perayaan Tahun Baru China ini membawa hoki bagi para pembuat kue keranjang atau ni kwee. Pesanan kue wajib dalam Imlek ini sudah mengalir sejak sebulan sebelum Imlek. Pesanan akan terus mengalir sampai perayaan Cap Go Meh. Perayaan tahun baru Imlek membawa keberuntungan bagi penjual kue keranjang atau ni kwee. Salah seorang yang menikmati keberuntungan itu adalah Umar Sanjaya, pemilik toko Nyonya Lauw di Kampung Sinargalih, Neglasari, Tangerang.Toko ini sehari-hari menjual kue keranjang yang merupakan kue khas China. Penjualan kue keranjang di toko ini sudah meroket sebulan menjelang perayaan Imlek. "Kami bisa menjual 1 ton kue," kata Umar. Dia menjual kue keranjanga dengan harga Rp 23.000 - Rp 25.000 per kilogram (kg) yang umumnya berisi 2 kue.Dari penjualan 1 ton kue keranjang selama sebulan itu, Umar meraup omzet Rp 24 juta. Nilai ini sangat tinggi jika dibanding penjualan pada bulan-bulan biasa yang hanya bisa menjual 300 kg - 400 kg. Di luar perayaan Imlek, tutur Umar, sebetulnya masih banyak pemesan kue keranjang yang datang terutama dari wilayah Jabodetabek. Pemesan terutama datang dari warga keturunan Tionghoa. "Kami hanya bikin kalau ada yang memesan," ujar Umar yang mengaku tokonya sudah berdiri sejak 50 tahun lalu. Selain menjual kue keranjang berbalut daun pisang, Umar juga menjual kue keranjang bungkus plastik. Umar menggunakan plastik sebagai pengganti daun pisang karena sulitnya mendapatkan daun pisang dalam jumlah banyak. Walaupun lebih praktis, pembeli kebanyakan memilih kue keranjang berbungkus daun pisang untuk digunakan saat sembahyang Imlek. Umar menawarkan varian rasa kue keranjang bervariasi, dari cokelat, pandan, dan stroberi. Lili Chandra Dewi juga kebanjiran pesanan kue keranjang mulai 10 Januari lalu. Ia banyak menerima pesanan, baik perorangan maupun perusahaan di Jakarta. Selain kue keranjang mini ukuran 5 cm tinggi 2,5 cm dengan harga Rp 2.000, Luli juga menjual kue keranjang ukuran besar. "Kue keranjang mini biasanya dibagikan untuk karyawan," katanya. Kue keranjang besar dengan berat sekitar 1 kg, ada dalam kotak karton dengan pilihan 4 kue atau 2 kue seharga Rp 50.000. Lily tetap mempertahankan bungkus daun pisang panggang. Katanya, pemakaian daun pisang akan membuat kue lebih wangi. Lili juga menawarkan sejumlah rasa seperti durian dan stroberi. Lili menuturkan, pesanan kue keranjang buatannya baru benar-benar sepi 15 hari setelah Imlek atau sampai Cap Go Meh. Maka itu, setelah Cap Go Meh, Lily kembali berjualan makanan seperti biasa. Sehari-hari di rumah makannya di Gading Serpong, Tangerang, Lily berjualan nasi goreng melayu, pecel medan, gado-gado, dan mie ayam.Membuat kue keranjang, menurut Lili, tidak terlalu sulit, bahkan sekarang lebih mudah dibandingkan dengan masa lalu. Jika dulu kue harus dikukus 8-10 jam, maka kini dengan adanya panci stainless hanya dibutuhkan 2 jam saja. “Bahan-bahannya sederhana, hanya tepung ketan, gula, dan air,” kata Lily.Tepung ketan dicampur gula sambil diberi air sedikit demi sedikit. Adonan itu lalu disaring dan dimasukkan ke wadah beralas daun pisang yang sudah dipanggang. "Sebelum dikukus ditimbang dulu agar beratnya pas dengan pesanan,” katanya. Adonan itu dikukus 2 - 2,5 jam dan bisa disimpan hingga setahun di dalam lemari es.
Hoki dari bisnis kue keranjang menjelang Imlek
Imlek kian dekat. Perayaan Tahun Baru China ini membawa hoki bagi para pembuat kue keranjang atau ni kwee. Pesanan kue wajib dalam Imlek ini sudah mengalir sejak sebulan sebelum Imlek. Pesanan akan terus mengalir sampai perayaan Cap Go Meh. Perayaan tahun baru Imlek membawa keberuntungan bagi penjual kue keranjang atau ni kwee. Salah seorang yang menikmati keberuntungan itu adalah Umar Sanjaya, pemilik toko Nyonya Lauw di Kampung Sinargalih, Neglasari, Tangerang.Toko ini sehari-hari menjual kue keranjang yang merupakan kue khas China. Penjualan kue keranjang di toko ini sudah meroket sebulan menjelang perayaan Imlek. "Kami bisa menjual 1 ton kue," kata Umar. Dia menjual kue keranjanga dengan harga Rp 23.000 - Rp 25.000 per kilogram (kg) yang umumnya berisi 2 kue.Dari penjualan 1 ton kue keranjang selama sebulan itu, Umar meraup omzet Rp 24 juta. Nilai ini sangat tinggi jika dibanding penjualan pada bulan-bulan biasa yang hanya bisa menjual 300 kg - 400 kg. Di luar perayaan Imlek, tutur Umar, sebetulnya masih banyak pemesan kue keranjang yang datang terutama dari wilayah Jabodetabek. Pemesan terutama datang dari warga keturunan Tionghoa. "Kami hanya bikin kalau ada yang memesan," ujar Umar yang mengaku tokonya sudah berdiri sejak 50 tahun lalu. Selain menjual kue keranjang berbalut daun pisang, Umar juga menjual kue keranjang bungkus plastik. Umar menggunakan plastik sebagai pengganti daun pisang karena sulitnya mendapatkan daun pisang dalam jumlah banyak. Walaupun lebih praktis, pembeli kebanyakan memilih kue keranjang berbungkus daun pisang untuk digunakan saat sembahyang Imlek. Umar menawarkan varian rasa kue keranjang bervariasi, dari cokelat, pandan, dan stroberi. Lili Chandra Dewi juga kebanjiran pesanan kue keranjang mulai 10 Januari lalu. Ia banyak menerima pesanan, baik perorangan maupun perusahaan di Jakarta. Selain kue keranjang mini ukuran 5 cm tinggi 2,5 cm dengan harga Rp 2.000, Luli juga menjual kue keranjang ukuran besar. "Kue keranjang mini biasanya dibagikan untuk karyawan," katanya. Kue keranjang besar dengan berat sekitar 1 kg, ada dalam kotak karton dengan pilihan 4 kue atau 2 kue seharga Rp 50.000. Lily tetap mempertahankan bungkus daun pisang panggang. Katanya, pemakaian daun pisang akan membuat kue lebih wangi. Lili juga menawarkan sejumlah rasa seperti durian dan stroberi. Lili menuturkan, pesanan kue keranjang buatannya baru benar-benar sepi 15 hari setelah Imlek atau sampai Cap Go Meh. Maka itu, setelah Cap Go Meh, Lily kembali berjualan makanan seperti biasa. Sehari-hari di rumah makannya di Gading Serpong, Tangerang, Lily berjualan nasi goreng melayu, pecel medan, gado-gado, dan mie ayam.Membuat kue keranjang, menurut Lili, tidak terlalu sulit, bahkan sekarang lebih mudah dibandingkan dengan masa lalu. Jika dulu kue harus dikukus 8-10 jam, maka kini dengan adanya panci stainless hanya dibutuhkan 2 jam saja. “Bahan-bahannya sederhana, hanya tepung ketan, gula, dan air,” kata Lily.Tepung ketan dicampur gula sambil diberi air sedikit demi sedikit. Adonan itu lalu disaring dan dimasukkan ke wadah beralas daun pisang yang sudah dipanggang. "Sebelum dikukus ditimbang dulu agar beratnya pas dengan pesanan,” katanya. Adonan itu dikukus 2 - 2,5 jam dan bisa disimpan hingga setahun di dalam lemari es.