KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi pasar luar Pulau Jawa mendapatkan perhatian besar dari PT Holcim Indonesia Tbk. Namun tak sembarang lokasi, produsen semen Holcim dan Andalas itu mengincar pasar Palembang, Sumatra Selatan. Rupanya, Holcim Indonesia mempertimbangkan kehadiran terminal semen baru di Kota Pempek. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham SMCB di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut yakin, terminal semen mampu memperluas jaringan pemasaran semen. Tak cuma mengandalkan katalis eksternal, Holcim Indonesia juga membekali diri dengan strategi internal. Mereka siap merogoh kocek untuk membangun gudang di Palembang. "Kami akan mengeluarkan
capex terbesar untuk pembangunan gudang di Palembang," terang Marx Schmidt,
Chief Financial Officer PT Holcim Indonesia Tbk saat paparan publik di Jakarta, Kamis (17/5).
Adapun sepanjang tahun ini, Holcim Indonesia menyiapkan dana belanja modal atau
capital expenditure (capex) Rp 200 miliar. Anggaran pembangunan gudang Palembang sekitar Rp 100 miliar. Sisanya untuk keperluan lain seperti meningkatkan utilitas pemanfaatan limbah. Manajemen Holcim belum bersedia menjelaskan sumber pendanaan belanja modal tahun ini. Sebagai gambaran, hingga 31 Maret 2018, Holcim Indonesia memiliki dana lancar atau kas dan setara kas senilai Rp 410,45 miliar. Dalam periode tersebut, Holcim Indonesia menikmati pendapatan bersih dari luar Pulau Jawa sebesar Rp 777,84 miliar atau setara dengan 35,34%. Kontribusi selebihnya terdiri dari Rp 1,37 triliun pendapatan Pulau Jawa dan Rp 48,91 pendapatan ekspor. Sejalan dengan ekspansi bisnis di Palembang, Holcim Indonesia menargetkan peningkatan volume penjualan produk sebesar 6%
year on year (yoy). Khusus untuk unit bisnis agregat dan bahan bangunan yang menjadi bagian di dalamnya, mereka menargetkan kenaikan 25%. Efisiensi biaya Agar target tercapai, Holcim Indonesia akan memacu penjualan dalam segmen ritel maupun
business to business (B2B). Tanpa menyebutkan jumlah persisnya, SMCB akan menambah jumlah toko ritel. Sementara untuk segmen B2B, Holcim Indonesia akan lebih agresif menawarkan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen. "Menurut saya Holcim juga memiliki portofolio produk yang lengkap dibanding kompetitor lain," klaim Surindro Kalbu Adi, Direktur penjualan Holcim Indonesia Tbk. Meskipun masih yakin bisa tumbuh, Holcim Indonesia tak menampik tantangan industri semen tahun ini masih besar. Tren harga jual, contohnya, masih turun karena efek kelebihan pasokan alias
oversupply semen di dalam negeri. Oleh karena itu, strategi Holcim Indonesia pada tahun ini tidak semata mengejar pertumbuhan kinerja. Perusahaan tersebut juga akan berupaya meningkatkan efisiensi biaya.
Patut dicatat, efisiensi biaya memang menjadi isu krusial Holcim Indonesia. Kembali berkaca dari laporan keuangan kuartal I 2018, mereka mengantongi kenaikan beban pokok penjualan sebesar 7,91%
year on year (yoy) menjadi Rp 1,91 triliun. Sementara pendapatan hanya meningkat tipis 1,85% yoy menjadi Rp 2,20 triliun. Laba kotor Holcim pun tergerus. Pada triwulan pertama tahun ini, laba kotor perusahaan tersebut turun 25,11% yoy menjadi Rp 291,27 miliar. Alhasil, rugi tahun berjalan pun naik hampir tiga kali lipat menjadi Rp 332,37 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, kerugian Holcim sekitar Rp 116,49 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi