JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) bersama dengan Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Cilacap, Kemenpupera dan KLHK serta Pemerintah Denmark melakukan peletakan batu pertama untuk proyek pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF). Proyek tersebut bertempat di tempat pembuangan akhir (TPA) Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupatern Cilacap, Jawa Tengah. Selain peletakan batu pertama, juga ditandatangani nota kesepahaman proyek RDF seluas 1 hektare tersebut. Fasilitas pengolahan sampah domestik ini merupakan pertama di Indonesia dan akan menelan biaya investasi sebesar Rp 60 miliar. Diharapkan pada kuartal III tahun depan, proyek tersebut akan rampung dan mampu mengolah 120 ton sampah domestik per harinya. Sampah akan diolah dengan metode pengeringan secara biologis atau bio drying untuk dijadikan RDF. Setelah diolah, RDF akan menjadi jenis bahan bakar alternatif yang dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan bakar tradisional di pabrik Holcim yang sebelumnya pakai batubara. "Untuk mencapai target ambisius pembangunan berkelanjutan 2030 yang kami canangkan, Holcim Indonesia melalui unit bisnisnya, Geocycle, terus berusaha meningkatkan penggunaan bahan bakar dan material alternatif, diantaranya bahan bakar alternatif jenis RDF," ujar Heli Sastrosatomo, Direktur Legal & Corporate Affairs SMCB dalam siaran pers, Rabu (26/7). Tatto Suwarto Pamuji, Bupati Kabupaten Cilacap menambahkan bahwa upaya penyediaan lahan baru untuk TPA memerlukan investasi sekitar Rp 40 miliar rupiah setiap lima tahun. Selain itu perseroan juga sulit mencari lahan dan potensi penolakan masyarakat yang cukup tinggi. Di sisi lain, sistem pengolahan sampah saat ini dengan sistem penutup tanah tidak menyelesaikan permasalahan sampah dengan paripurna. Pemerintah Kabupaten Cilacap lalu berinisiatif menawarkan kerjasama pengelolaan sampah ke berbagai unsur masyarakat, termasuk dengan swasta. "Salah satu pihak swasta yang menanggapi adalah PT Holcim Indonesia Tbk dengan solusi inovatif yang berkelanjutan dengan menerapkan pengolahan sampah menggunakan metode RDF," ujarnya. Proyek ini sudah dimulai sejak tahun 2013. Saat itu, Pemerintah Kabupaten Cilacap bersama dengan Holcim Indonesia sebagai pemrakarsa proyek melakukan studi kelayakan teknis dan finansial terhadap teknologi pengolahan sampah domestik menjadi RDF, dilanjutkan dengan uji coba selama satu tahun di fasilitas Geotainer yang berlokasi di pabrik Holcim Narogong, Jawa Barat. Dukungan untuk merealisasikan proyek ini pun datang dari berbagai pihak. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia berinisiatif untuk berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan. Pemerintah Denmark melalui program ESP3-nya berkontribusi membiayai pengadaan peralatan mekanikal dan elektrikal. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun sarana dan prasarana utama yang dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan keuangan untuk membangun sarana penunjang serta memberikan bantuan biaya operasional selama 5 tahun pertama. Seluruh dukungan tersebut dibangun di atas lahan milik pemerintah Kabupaten Cilacap yang berkomitmen untuk menyediakan biaya operasional pabrik dan investasi penambahan armada truk untuk meningkatkan pelayanan menjadi 120 ton per hari. Proyek ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memberikan solusi alternatif bagi masalah persampahan di Kabupaten Cilacap. Ke depannya, pembelajaran dari pengembangan proyek RDF ini bisa memberikan nilai tambah bagi perbaikan lingkungan di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Holcim mulai proyek bahan bakar senilai Rp 60 M
JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) bersama dengan Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Cilacap, Kemenpupera dan KLHK serta Pemerintah Denmark melakukan peletakan batu pertama untuk proyek pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF). Proyek tersebut bertempat di tempat pembuangan akhir (TPA) Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupatern Cilacap, Jawa Tengah. Selain peletakan batu pertama, juga ditandatangani nota kesepahaman proyek RDF seluas 1 hektare tersebut. Fasilitas pengolahan sampah domestik ini merupakan pertama di Indonesia dan akan menelan biaya investasi sebesar Rp 60 miliar. Diharapkan pada kuartal III tahun depan, proyek tersebut akan rampung dan mampu mengolah 120 ton sampah domestik per harinya. Sampah akan diolah dengan metode pengeringan secara biologis atau bio drying untuk dijadikan RDF. Setelah diolah, RDF akan menjadi jenis bahan bakar alternatif yang dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan bakar tradisional di pabrik Holcim yang sebelumnya pakai batubara. "Untuk mencapai target ambisius pembangunan berkelanjutan 2030 yang kami canangkan, Holcim Indonesia melalui unit bisnisnya, Geocycle, terus berusaha meningkatkan penggunaan bahan bakar dan material alternatif, diantaranya bahan bakar alternatif jenis RDF," ujar Heli Sastrosatomo, Direktur Legal & Corporate Affairs SMCB dalam siaran pers, Rabu (26/7). Tatto Suwarto Pamuji, Bupati Kabupaten Cilacap menambahkan bahwa upaya penyediaan lahan baru untuk TPA memerlukan investasi sekitar Rp 40 miliar rupiah setiap lima tahun. Selain itu perseroan juga sulit mencari lahan dan potensi penolakan masyarakat yang cukup tinggi. Di sisi lain, sistem pengolahan sampah saat ini dengan sistem penutup tanah tidak menyelesaikan permasalahan sampah dengan paripurna. Pemerintah Kabupaten Cilacap lalu berinisiatif menawarkan kerjasama pengelolaan sampah ke berbagai unsur masyarakat, termasuk dengan swasta. "Salah satu pihak swasta yang menanggapi adalah PT Holcim Indonesia Tbk dengan solusi inovatif yang berkelanjutan dengan menerapkan pengolahan sampah menggunakan metode RDF," ujarnya. Proyek ini sudah dimulai sejak tahun 2013. Saat itu, Pemerintah Kabupaten Cilacap bersama dengan Holcim Indonesia sebagai pemrakarsa proyek melakukan studi kelayakan teknis dan finansial terhadap teknologi pengolahan sampah domestik menjadi RDF, dilanjutkan dengan uji coba selama satu tahun di fasilitas Geotainer yang berlokasi di pabrik Holcim Narogong, Jawa Barat. Dukungan untuk merealisasikan proyek ini pun datang dari berbagai pihak. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia berinisiatif untuk berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan. Pemerintah Denmark melalui program ESP3-nya berkontribusi membiayai pengadaan peralatan mekanikal dan elektrikal. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun sarana dan prasarana utama yang dibutuhkan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan keuangan untuk membangun sarana penunjang serta memberikan bantuan biaya operasional selama 5 tahun pertama. Seluruh dukungan tersebut dibangun di atas lahan milik pemerintah Kabupaten Cilacap yang berkomitmen untuk menyediakan biaya operasional pabrik dan investasi penambahan armada truk untuk meningkatkan pelayanan menjadi 120 ton per hari. Proyek ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memberikan solusi alternatif bagi masalah persampahan di Kabupaten Cilacap. Ke depannya, pembelajaran dari pengembangan proyek RDF ini bisa memberikan nilai tambah bagi perbaikan lingkungan di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News