Holding kian dekat, asing memburu PGAS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu pembentukan holding BUMN migas turut mengangkat prospek PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Seperti menginjak pedal gas mobil, harga saham PGAS dalam dua hari terakhir berlari kencang.

Saham PGAS kemarin memimpin jajaran saham top gainers di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga PGAS kemarin ditutup menanjak 25,53% menjadi Rp 2.360 per saham. Dalam dua hari terakhir, harga PGAS sudah melompat setinggi 33,71%.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, kepastian holding BUMN migas mendorong prospek PGAS. Apalagi, PGAS kelak menjadi induk PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Pertamina di bidang gas. Sebaliknya, anak usaha PGAS, Saka Energi Indonesia, mungkin diambilalih PT Pertamina Hulu Energi (PHE).


Dengan mengakuisisi Pertagas, PGAS bisa lebih fokus mengembangkan bisnis distribusi gas. Akhirnya, PGAS diharapkan bisa mencatatkan kinerja lebih baik. "Saat ini karena isu holding sudah mendekati titik terang, asing mulai mengamati saham PGAS," kata Nafan, Rabu (17/1).

Sejatinya, investor asing mulai mengakumulasi beli PGAS sejak tahun lalu. Bahkan, investor asing kemarin mencetak net buy Rp 153,91 miliar di saham PGAS.

Berdasarkan data yang dihimpun KONTAN, pengelola dana asing seperti Schroders Plc dan Westwood Management Corporation menambah kepemilikan sahamnya di PGAS. Pada kuartal I-2017, Westwood memiliki 18,86 juta saham PGAS. Di kuartal IV-2017, kepemilikannya bertambah menjadi 67,39 juta saham.

Demikian pula dengan Schroders. Awal tahun 2017, perusahaan ini belum memiliki PGAS. Akhir tahun lalu, perusahaan investasi tersebut menguasai 34,08 juta saham PGAS.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengklaim pembentukan holding BUMN migas akan menghasilkan value creation dari sinergi operasi yang dikendalikan Pertamina sebagai induk holding.

Namun Deputi Bidang Energi, Logistik, dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah belum bisa menjabarkan value creation dari holding. Saya kurang hafal angkanya. Tapi kami punya kajian lengkap, ujar dia di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan catatan KONTAN, mengacu bahan yang pernah dipaparkan oleh Pertamina, value creation yang dihasilkan holding BUMN migas mencapai US$ 25,3 miliar. Di semester I-2017, Pertamina mencatatkan pendapatan senilai US$ 20,50 miliar.

Adapun PGAS meraih pendapatan US$ 2,16 miliar pada kuartal III-2017. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar PGAS di bursa saham mencapai Rp 57,21 triliun.

Meski demikian, analis melihat beberapa tantangan masih tetap membayangi PGAS pada tahun ini. Misalnya, bagaimana perusahaan menerapkan strategi untuk dapat meningkatkan efisiensi bisnis, dari hulu ke hilir. Jika PGAS sudah bisa mengatasinya, maka hal tersebut bisa menjadi sentimen positif.

Sentimen positif lainnya datang dari penetapan harga gas berdasarkan formula tertentu. "Harga gas akan ditinjau ulang berdasarkan formula. Padahal selama ini harga gas turun dan menyeret harga saham PGAS," ungkap Liza Camelia Suryanata, analis Henan Putihrai.

Cuma, setelah ada kepastian holding BUMN migas, menurut dia, prospek bisnis PGAS tak akan terpuruk seperti tahun lalu. Namun, harga saham PGAS belakangan ini sudah naik tinggi.

Bahkan harga saham PGAS berada di posisi terkuat dalam dua tahun terakhir. "Jika sudah punya PGAS, saya menyarankan hold dengan support di level Rp 2.320 per saham," kata Liza. Jika mampu bertahan di level support ini, PGAS berpotensi melanjutkan tren kenaikan ke posisi Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per saham.

Nafan juga menilai saham PGAS sudah naik tinggi. Oleh karena itu, dia merekomendasikan hold saham PGAS dengan target Rp 2.940 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia