KONTAN.CO.ID - TOKYO. Honda dan Nissan sedang dalam pembicaraan untuk memperkuat kemitraan mereka, termasuk kemungkinan merger, menurut dua sumber pada Rabu (18/12). Langkah ini mencerminkan bagaimana industri otomotif Jepang yang dulunya sangat dominan kini tengah beradaptasi menghadapi tantangan dari Tesla dan produsen otomotif China.
Baca Juga: Honda Targetkan Penjualan Mobil Hybrid Global 1,3 Juta Unit pada 2030 Jika bergabung, Honda dan Nissan akan membentuk perusahaan senilai US$54 miliar dengan produksi tahunan mencapai 7,4 juta kendaraan, menjadikannya kelompok otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan penjualan kendaraan, setelah Toyota dan Volkswagen. Kedua perusahaan ini sebelumnya telah menjalin kemitraan strategis pada Maret lalu untuk bekerja sama dalam pengembangan kendaraan listrik. Namun, kondisi keuangan dan strategis Nissan yang memburuk belakangan ini menambah urgensi bagi kerja sama yang lebih erat dengan Honda, yang lebih besar secara finansial. Nissan baru-baru ini mengumumkan rencana penghematan biaya senilai US$2,6 miliar, termasuk pemutusan 9.000 tenaga kerja dan pengurangan kapasitas produksi global sebesar 20%. Penurunan ini disebabkan oleh lesunya penjualan di China dan Amerika Serikat (AS), yang menyebabkan laba kuartal kedua anjlok hingga 85%.
Baca Juga: Honda dan Nissan Dilaporkan dalam Pembicaraan Merger, Memperkuat Sektor Mobil Listrik Reaksi Pasar Saham Nissan naik hampir 24% di perdagangan Tokyo pada hari ini. Sementara saham Honda, yang memiliki valuasi pasar US$43 miliar atau lebih dari empat kali lipat Nissan, turun 3%. Saham Mitsubishi Motors, di mana Nissan memiliki 24% saham, juga melonjak hampir 20%. Diskusi antara Honda dan Nissan, pertama kali dilaporkan oleh surat kabar Nikkei, bertujuan untuk memperkuat kolaborasi teknologi dan menciptakan pesaing domestik yang lebih tangguh terhadap Toyota. Pembahasan ini mencakup kemungkinan pembentukan perusahaan induk bersama hingga potensi merger penuh. Namun, para analis mencatat bahwa penggabungan kedua perusahaan akan menghadapi tantangan signifikan, termasuk menyelaraskan budaya perusahaan yang berbeda. Honda dikenal dengan pendekatan berbasis teknologi yang kuat, sementara Nissan saat ini sedang berjuang memperbaiki kinerjanya. "Budaya teknologi sentris Honda dapat menimbulkan resistensi terhadap merger dengan Nissan, yang memiliki budaya perusahaan berbeda dan tengah mengalami kesulitan," ujar Tang Jin, peneliti senior di Mizuho Bank.
Baca Juga: Honda Catatkan Penjualan Retail 8.765 Unit pada November 2024 Persaingan di Industri Otomotif Langkah ini datang di tengah perang harga kendaraan listrik (EV) yang dipimpin Tesla dan BYD, yang telah meningkatkan tekanan pada produsen otomotif global untuk menekan biaya dan mempercepat pengembangan kendaraan generasi berikutnya. "Dalam jangka menengah hingga panjang, langkah ini baik untuk industri otomotif Jepang karena menciptakan poros kedua yang bersaing dengan Toyota," kata Seiji Sugiura, analis senior di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory.
Namun, merger ini juga akan menghadapi pengawasan ketat dari pemerintah AS, mengingat Presiden terpilih Donald Trump berencana menerapkan kebijakan proteksionis, termasuk tarif impor sebesar 25% pada kendaraan dari Kanada dan Meksiko, di mana Honda dan Nissan memiliki fasilitas produksi. Ketiga perusahaan—Honda, Nissan, dan Mitsubishi—dijadwalkan mengadakan konferensi pers bersama di Tokyo pada hari Senin, menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Editor: Yudho Winarto