Honda Mengundurkan Diri dari Ajang Balapan F-1



TOKYO. Setelah memangkas prediksi pendapatan, memecat para pekerja pabrik perakitan dan mengurangi jumlah produksinya, akhirnya Honda Motor Co memutuskan untuk mundur dari keikutsertaannya di balapan Formula 1 (F1). Langkah ini terpaksa diambil Honda untuk mengurangi beban perusahaan.

Menurut Presiden Honda Takeo Fukui, produsen otomotif terbesar Jepang tersebut akan menjual tim Brackley yang berbasis di Inggris. Sebelumnya, Max Mosley, Presiden F-1 Federation Internationale de I’Automobile pernah bilang, pengeluaran rutinan yang dilakukan oleh tim tersebut dalam serangkaian pertandingan balapan sangat besar.

Aksi pengunduran diri Honda dalam ajang bergengsi ini memantik banyak pendapat. “Pengunduran diri Honda menggarisbawahi buruknya kondisi industri otomotif saat ini. Banyan tim lain yang akan melakukan langkah serupa, dan mungkin saja penyelenggaraan F-1 tidak akan digelar lagi,” jelas Koji Endo, analis Credit Suisse di Tokyo.


Menurut Fukui, keputusan tersebut sangat berat bagi Honda. Namun, itu perlu dilakukan agar Honda dapat melindungi aktivitas bisnis utamanya,” jelas Fukui.

Sekadar mengingatkan saja, pada Oktober lalu, Honda menurunkan prediksi labanya sebesar 13% seiring dengan terjadinya krisis global yang menurunkan jumlah permintaan mobil. Sementara, penjualan kendaraan produksi Honda di AS pada November kemarin merosot 32%. Angka tersebut merupakan yang terparah sejak 1981 silam.

Ketidaksertaan Honda dalam ajang F-1 akan membuat Honda menghemat pengeluaran setidaknya 10 miliar yen atau US$ 108 juta setahun.

Jika Honda gagal menemukan pembeli, maka, ajang F-1 hanya akan didominasi oleh produsen-produsen mobil dunia seperti Fiat SpA, Renault SA dan Toyota Motor Corp dengan jumlah tim sebanyak sembilan buah dan 18 mobil saja. Musim tanding F-1 2009 Australian Grand Prix dijadwalkan akan berlangsung pada 29 Maret 2009 mendatang.

Tim terakhir yang menyatakan mundur dari ajang F-1 adalah Super Aguri yang juga dibekingi oleh Honda. Tim ini akhirnya dibubarkan pada Mei kemarin karena kekurangan dana.

Editor: Didi Rhoseno Ardi