Hong Kong tantang bursa Singapura jualan iron ore



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Bursa komoditas Singapura atau Singapore Exchange Ltd kini memiliki penantang baru dalam kontrak berjangka bijih besi (iron ore), yakni Hong Kong Exchanges & Clearing Ltd (HKEX). HKEX memulai debut kontrak bijih besi bertajuk TSI Iron Ore Fines 62% Fe CFR China Index pada Senin (13/11) di Hong Kong.

Seperti diberitakan dalam website HKEX, pada hari pertama perdagangan terjadi 1.022 kontak yang setara dengan 102.200 ton bijih besi. Dalam website-nya HKEX menyatakan pasar berjangka ini bertujuan untuk memberikan transparansi harga dan askes yang setara bagi semua pelaku pasar.

Manajemen HKEX dalam website-nya menjelaskan, beragam pelaku pasar turut memeriahkan perdagangan hari pertama kontrak bijih besi. Mereka yang berpartisipasi diantaranya adalah perusahaan perdagangan fisik bijih besi, pabrik baja, commodity funds, lembaga keuangan dan investor asal Asia, Eropa dan Amerika Serikat (AS).


Demi memberikan promosi pada kontrak yang baru diluncurkannya, HKEX menyatakan membebaskan biaya transaksi hingga enam bulan ke depan.

Menanggapi aksi terbaru Hong Kong Exchanges & Clearing Ltd tersebut, Hui Heng Tan, analis dari Marex Spectron menyatakan, yang dihadapi adalah Singapore Exchange yang memiliki pengalaman lebih matang dan mapan. "Masih terlalu dini menyebut kontrak dari Hong Kong itu punya daya tarik. Karena semuanya masih bergantung pada persyaratan yang mereka tawarkan seperti biaya dan marjin, serta likuiditas kontrak," ucap Hui Heng, seperti dikutip Bloomberg.

Asal tahu saja, selama ini Singapore Exchange merajai kontrak berjangka bijih besi bagi pasar China sejak tahun 2009 silam. Pasar komoditas bijih besi Singapore Exchange pun menjadi kontrak berjangka yang berbesar di dunia.

Bijih besi kini menjadi produk utama komoditas global, terutama bagi China yang merupakan produsen terbesar di dunia. Melihat kenyataan tersebut, komoditas ini telah menarik minat investor global dalam beberapa tahun terakhir.

Transaksi derivatif sendiri digunakan oleh penambang dan pabrik, sebagai alat lindung nilai.

Kontrak bijih besi sempat merosot ke posisi US$ 40 per ton pada tahun 2015 silam. Padahal, pada tahun 2013 harganya bertengger di level US$ 100 per ton. Kini, perlahan harga kontak bijih mulai naik, dan berada di level US$ 62,19 per ton.

Editor: Dupla Kartini