Hongaria minta bantuan keuangan pada IMF dan Uni Eropa



BUDAPEST. Hongaria akhirnya meminta Dana Moneter Internasional (IMF) dan Uni Eropa untuk memberi bantuan keuangan. Sebab, saat krisis zona Eropa naik berkali-kali lipat, tingkat utang pemerintah Hongaria naik menjadi 82% dari output negara. Mata uangnya, forint melemah signifikan terhadap mata uang utama dunia.

Hongaria mengambil keputusan besar dengan mengajukan penawaran tipe kerjasama baru pada IMF. Hal itu membuat tim IMF di Budapest kembali ke Washington untuk membahas permintaan tersebut.

"Otoritas Hongaria mengajukan permohonan bantuan IMF dan Komisi Eropa agar bisa mencegah krisis," demikian pernyataan IMF.


Pekan lalu, Kementerian Ekonomi Hongaria sudah melakukan pembicaraan yang sangat serius dengan kedua donor keuangan mengenai skema perjanjian baru itu. Meski belum diketahui apa saja yang masuk perjanjian, yang jelas bantuan tersebut tidak memaksa Hongaria melakukan penghematan secara besar-besaran. Tapi tetap bisa memacu pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Forint jatuh ke rekor terendah terhadap euro pekan lalu dan imbal hasil obligasi pemerintah Hongaria terus melambung.

Saat ini, kebanyakan utang hipotek Hongaria dalam mata uang asing, khususnya Swiss franc. Dikombinasikan dengan penguatan safe haven Swiss franc yang signifikan, Hongaria harus membayar mahal biaya utang tersebut.

Dua lembaga pemeringkat telah memperingatkan, bahwa Hongaria bisa kehilangan peringkat utang investment grade karena memiliki kebijakan yang tak terduga dan lemahnya pertumbuhan ekonomi.

Meski sudah masuk peringkat bergengsi, peringkat utang Hongaria hanya satu tingkat di atas status "junk" yang berarti imbal hasil surat utang negara bisa melambung tinggi tanpa bantuan IMF.

Bangsa ini pernah menerima bailout dari IMF pada 2008. Namun Perdana Menteri Viktor Orban mengakhiri kesepakatan itu tahun lalu.

Saat itu, ia memilih cara-cara konvensional untuk menggenjot perekonomian negara yaitu dengan mematok tarif pajak yang cukup besar pada industri perbankan dan menasionalisasi dana pensiun.

Editor: