Hot money minim, cadangan devisa terancam



JAKARTA. Jumlah dana asing alias hot money yang masuk ke pasar saham dalam negeri terus berkurang. Kondisi ini mengancam stabilitas ekonomi dalam negeri, terutama rupiah dan cadangan devisa.

Hingga akhir smester pertama 2015 ini, jumlah pembelian bersih oleh investor asing hanya Rp 3,8 triliun. Padahal, menurut catatan ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual pada dua bulan pertama tahun 2015 jumlahnya masih sekitar Rp 5 triliun.

Penarikan dana panas ini, menurut David, terkait berbagai sentimen. Salah satunya, rencana bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan suku bunganya.


Dalam periode yang sama tahun lalu, jumlah investor asing yang masuk mencapai Rp 57,2 triliun. Seretnya aliran dana asing ini melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. 

Selain itu, kondisi ekonomi tahun ini cenderung lebih buruk dibanding tahun lalu, terutama dari sisi ekspor. Kondisi ini mengancam cadangan devisa negara. "Padahal, cadangan devisa tergantung pada ekspor, investasi dan pinjaman," ujar David.

Oleh karena itu, menurut David, pemerintah perlu waspada dan segera mencari cara supaya investasi terus meningkat. Jangan sampai pemerintah menambal cadangan devisa dengan menambah utang atau menerbitkan surat utang.

Sekadar informasi, sampai akhir Juni, cadangan devisa Indonesia US$ 108 miliar.

Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil bilang kondisi di pasar lebih disebabkan faktor eksternal. Pemerintah sendiri mengklaim kondisi fundamental dalam negeri relatif sedang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia