JAKARTA. Jaringan hotel di bawah bendera PT Hotel Indonesia Natour (Persero) (Hotel Inna) siap bersaing di bisnis perhotelan yang semakin sengit. Setelah rebranding dan menyelesaikan renovasi dua dari 12 hotelnya tahun ini, Hotel Inna berharap tingkat okupansi ikut terdongkrak. Hotel pertama yang akan beroperasi kembali setelah renovasi adalah Grand Inna Muara di Padang, bulan April mendatang. Hotel ini dirombak total sejak gempa bumi melanda Padang tahun 2009 silam. "Pada saat itu sebenarnya hanya sebagian hotel yang rusak, tapi seluruh bangunan dirobohkan dan dibangun kembali dari awal," tutur Direktur Utama Hotel Inna Intan Abdams Katoppo di Jakarta, Kamis (15/3). Kamar di Grand Inna Muara ditambah dari semula 91 menjadi 168. Hotel berbintang empat ini juga dilengkapi dengan sepuluh ruang meeting dan satu convention hall dengan kapasitas 2.000 tamu, yang diklaim sebagai convention hall terbesar di Padang. Hotel kedua adalah Grand Inna Kuta di Kuta, Bali yang akan dibuka kembali bulan Juni. Jumlah kamar keseluruhan menjadi 322, ditambah dua penthouse. Hotel ini juga menyediakan Beach Club dengan konsep kafe, bar, dan food hall, serta tidak ketinggalan beberapa ruang meeting. Okupansi terangkat Dengan demikian, tahun ini Hotel Inna akan mengoperasikan 2.338 kamar, bertambah dari 1.951 kamar di tahun lalu. Setelah Grand Inna Muara dan Grand Inna Kuta, Hotel Inna akan mulai merenovasi Grand Inna Putri Bali di Nusa Dua, Bali mulai bulan April nanti. Hotel ini diharapkan bisa beroperasi bulan September 2012 untuk menyambut APEC. Setelah rebranding, manajemen Hotel Inna berharap tingkat okupansi tahun ini bisa terangkat menjadi 73%, dari 68,4% di tahun lalu. "Sebagai pengelola hotel yang umurnya sudah 50 tahun, pengalaman kami sudah teruji," ujar Intan, optimis. Tingkat okupansi tahun lalu sempat menurun lantaran tidak beroperasinya Grand Inna Muara yang masih dalam tahap renovasi, serta berkurangnya 32 kamar dari 134 kamar di grand Inna Kuta Beach terhitung sejak tanggal 1 Februari. Karena alasan yang sama, pendapatan Hotel Inna tahun lalu menurun tipis menjadi Rp 293 miliar. Laba bersih ikut melorot menjadi Rp 30 miliar, dari Rp 33,6 miliar di tahun sebelumnya. Namun demikian, manajemen Hotel Inna percaya diri tahun ini pendapatannya bisa mencapai Rp 370 miliar, atau tumbuh 26,27% dari tahun lalu. Sampai dengan bulan Februari, Hotel Inna sudah meraup pendapatan Rp 45 miliar dan laba bersih Rp 2,9 miliar. Pendapatan terbesar berasal dari Inna Grand Bali Beach di Sanur, Bali hingga sepertiganya. Grand Inna Muara menargetkan menjaring tamu dari sekitar Sumatera, selain Jakarta. Intan juga menyebut negeri Jiran sebagai pasar potensial. Sedangkan target tamu terbesar Grand Inna Kuta adalah turis dari Australia, Jakarta, dan Surabaya, ditambah negara-negara Asia seperti China, Taiwan, dan Jepang. Direktur Keuangan dan Administrasi Hotel Inna Agus Suharyono menjelaskan lebih lanjut, renovasi Grand Inna Muara dan Grand Inna Kuta menghabiskan biaya masing-masing Rp 163 miliar dan Rp 173 miliar. Komposisi pendanaannya adalah 40% ekuitas dan 60% pinjaman perbankan, yaitu Bank mandiri. Sementara itu Grand Inna Putri Bali diperkirakan menelan biaya renovasi Rp 466 miliar. "Komposisi pendanaannya masih kami kaji, apakah 40:60 atau 30:70," jelas Agus. Sekedar informasi tambahan, rebranding hotel merupakan bagian dari program "500 Days of Changes" yang dicanangkan manajemen Hotel Inna, atas titah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Asal tahu saja, hari ini sudah masuk hari ke-227. Namun menurut Intan, sembilan hotel sisanya tidak memerlukan terlalu banyak perubahan. Sayang, dia tidak bersedia memberi tahu perkiraan biaya renovasinya. "Tidak terlalu besar, bisa dari ekuitas semua," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Hotel Inna genjot pertumbuhan okupansi jadi 73%
JAKARTA. Jaringan hotel di bawah bendera PT Hotel Indonesia Natour (Persero) (Hotel Inna) siap bersaing di bisnis perhotelan yang semakin sengit. Setelah rebranding dan menyelesaikan renovasi dua dari 12 hotelnya tahun ini, Hotel Inna berharap tingkat okupansi ikut terdongkrak. Hotel pertama yang akan beroperasi kembali setelah renovasi adalah Grand Inna Muara di Padang, bulan April mendatang. Hotel ini dirombak total sejak gempa bumi melanda Padang tahun 2009 silam. "Pada saat itu sebenarnya hanya sebagian hotel yang rusak, tapi seluruh bangunan dirobohkan dan dibangun kembali dari awal," tutur Direktur Utama Hotel Inna Intan Abdams Katoppo di Jakarta, Kamis (15/3). Kamar di Grand Inna Muara ditambah dari semula 91 menjadi 168. Hotel berbintang empat ini juga dilengkapi dengan sepuluh ruang meeting dan satu convention hall dengan kapasitas 2.000 tamu, yang diklaim sebagai convention hall terbesar di Padang. Hotel kedua adalah Grand Inna Kuta di Kuta, Bali yang akan dibuka kembali bulan Juni. Jumlah kamar keseluruhan menjadi 322, ditambah dua penthouse. Hotel ini juga menyediakan Beach Club dengan konsep kafe, bar, dan food hall, serta tidak ketinggalan beberapa ruang meeting. Okupansi terangkat Dengan demikian, tahun ini Hotel Inna akan mengoperasikan 2.338 kamar, bertambah dari 1.951 kamar di tahun lalu. Setelah Grand Inna Muara dan Grand Inna Kuta, Hotel Inna akan mulai merenovasi Grand Inna Putri Bali di Nusa Dua, Bali mulai bulan April nanti. Hotel ini diharapkan bisa beroperasi bulan September 2012 untuk menyambut APEC. Setelah rebranding, manajemen Hotel Inna berharap tingkat okupansi tahun ini bisa terangkat menjadi 73%, dari 68,4% di tahun lalu. "Sebagai pengelola hotel yang umurnya sudah 50 tahun, pengalaman kami sudah teruji," ujar Intan, optimis. Tingkat okupansi tahun lalu sempat menurun lantaran tidak beroperasinya Grand Inna Muara yang masih dalam tahap renovasi, serta berkurangnya 32 kamar dari 134 kamar di grand Inna Kuta Beach terhitung sejak tanggal 1 Februari. Karena alasan yang sama, pendapatan Hotel Inna tahun lalu menurun tipis menjadi Rp 293 miliar. Laba bersih ikut melorot menjadi Rp 30 miliar, dari Rp 33,6 miliar di tahun sebelumnya. Namun demikian, manajemen Hotel Inna percaya diri tahun ini pendapatannya bisa mencapai Rp 370 miliar, atau tumbuh 26,27% dari tahun lalu. Sampai dengan bulan Februari, Hotel Inna sudah meraup pendapatan Rp 45 miliar dan laba bersih Rp 2,9 miliar. Pendapatan terbesar berasal dari Inna Grand Bali Beach di Sanur, Bali hingga sepertiganya. Grand Inna Muara menargetkan menjaring tamu dari sekitar Sumatera, selain Jakarta. Intan juga menyebut negeri Jiran sebagai pasar potensial. Sedangkan target tamu terbesar Grand Inna Kuta adalah turis dari Australia, Jakarta, dan Surabaya, ditambah negara-negara Asia seperti China, Taiwan, dan Jepang. Direktur Keuangan dan Administrasi Hotel Inna Agus Suharyono menjelaskan lebih lanjut, renovasi Grand Inna Muara dan Grand Inna Kuta menghabiskan biaya masing-masing Rp 163 miliar dan Rp 173 miliar. Komposisi pendanaannya adalah 40% ekuitas dan 60% pinjaman perbankan, yaitu Bank mandiri. Sementara itu Grand Inna Putri Bali diperkirakan menelan biaya renovasi Rp 466 miliar. "Komposisi pendanaannya masih kami kaji, apakah 40:60 atau 30:70," jelas Agus. Sekedar informasi tambahan, rebranding hotel merupakan bagian dari program "500 Days of Changes" yang dicanangkan manajemen Hotel Inna, atas titah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Asal tahu saja, hari ini sudah masuk hari ke-227. Namun menurut Intan, sembilan hotel sisanya tidak memerlukan terlalu banyak perubahan. Sayang, dia tidak bersedia memberi tahu perkiraan biaya renovasinya. "Tidak terlalu besar, bisa dari ekuitas semua," imbuhnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News