HPE Biji Kakao Turun 15% pada November 2025, Dekaindo: Berpotensi Tekan Nilai Ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) menilai penurunan harga patokan ekspor (HPE) biji kakao pada bulan November 2025 dapat berdampak pada nilai ekspor hingga akhir tahun.

Menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga referensi (HR) biji kakao pada November 2025 ditetapkan sebesar US$ 6.374,80 per metrik ton (MT) atau turun 14,53% dari bulan lalu.

Dampaknya, HPE biji kakao juga turun 15% dari bulan sebelumnya ke posisi US$ 5.990 per metrik ton.


Ketua Umum Dekaindo Soetanto Abdullah mengatakan, penurunan HR dan HPE biji kakao terjadi seiring penurunan harga di pasar global.

Baca Juga: Pemanfaatan Teknologi dan Kolaborasi Menjadi Kunci Pertumbuhan Bisnis di Era Digital

"Penurunan HPE dapat mengurangi penerimaan terhadap penerimaan nilai ekspor ke depan," imbuhnya kepada Kontan, Selasa (4/11/2025).

Apalagi, mengingat nilai ekspor dan volume ekspor produk kakao telah mengalami peningkatan tahun ini. Soetanto memaparkan, sepanjang Januari hingga Juli 2025, volume ekspor produk kakao secara keseluruhan naik 3,20% dari periode sama sebelumnya. Meskipun, ia tak merinci angka yang dibukukan.

Begitu juga dengan nilai ekspor semua jenis produk kakao dan cokelat yang secara keseluruhan naik 110,45%.

"Kenaikan yang sangat signifikan ini karena naiknya harga semua jenis produk kakao di pasar internasional pada 2025," jelas Soetanto.

Adapun Soetanto mengungkapkan, untuk biji kakao, negara yang menjadi tujuan ekspor kakao Indonesia dengan kontribusi terbesar saat ini adalah Malaysia, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Jerman.

Sementara itu, untuk lemak kakao, negara tujuan ekspor dengan kontribusi terbesar di antaranya India, Belanda, China, Estonia, AS, Australia, Jerman, dan Rusia.

Kemudian, untuk bubuk kakao, ekspor terbesar dilakukan ke India, China, Filipina, Mesir, Singapura, dan AS.

"Sedangkan cokelat diekspor terutama ke Filipina, Thailand, AS, Malaysia, dan Korea Selatan," kata Soetanto.

Lebih lanjut, ia membeberkan, hingga saat ini ekspor kakao Tanah Air masih dihadapi tantangan persyaratan sanitasi dan fitosanitari, keamanan pangan, serta hambatan non-tarif lainnya yang makin berat di negara tujuan ekspor. Kompetisi produk sejenis dari negara penghasil lainnya turut menjadi tantangan.

"Pemerintah hendaknya lebih insentif dalam melakukan lobi dengan pemerintah negara tujuan ekspor," pungkas Soetanto.

Baca Juga: Transformasi Digital Keselamatan: RTC Elnusa Petrofin Dapat Dukungan KNKT

Selanjutnya: Begini Kata Ilmu Pengetahuan soal Brain Rrot yang Meresahkan

Menarik Dibaca: Begini Kata Ilmu Pengetahuan soal Brain Rrot yang Meresahkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News