HPP Gabah di Tingkat Petani di Bawah Produksi, Pengamat: Rugi Jika Jual ke Bulog



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian mendorong pemerintah menaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani. 

Eliza menilai HPP GKP ditingkat petani saat ini yang hanya Rp 5.000/kg masih di bawah produksi petani. Alhasil, petani enggan menjual berasnya ke Perum Bulog. 

"Biaya produksi padi tahun 2022 saja sudah mencapai 5.700/kg GKP. Jika petani menjual ke bulog mereka rugi, boro-boro balik modal," kata Eliza kepada Kontan.co.id, Senin (29/1). 


Eliza menilai HPP pada tahun ini harus disesuaikan dnegan tingkat inflasi. Menurutnya ini penting untuk menjaga daya beli petani. 

Baca Juga: Harga Pakan Melambung, Peternak Ayam Terhuyung

Perbaikan HPP ini juga diharapkan dapat meningkatkan gairah petani dalam meningatkan produktivitasnya. Sehingga ketergantungan akan impor beras juga dapat diatasi. 

Meski begitu, Eliza juga memberi catatan agar kenaikan HPP Gabah ini tidak berdampak pada kenaikan harga beras di tingkat hilir. 

Catatanya adalah dengan perbaikan distribusi dengan mengurangi rantai distribusi perdagangan beras yang dinilai masih terlalu panjang. 

"Jika tidak ada perbaikan distribusi alias sama seperti sekarang maka harga beras di tingkat konsumen akan menyesuaikan," jelas Eliza. 

Sebelumnya, Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi (P3A) Serikat Petani Indonesia (SPI), Muhammad Qomarun Najmi membenarkan bahwa HPP Gabah saat ini masih di bawah produksi. 

Baca Juga: Dampingi Presiden Bagikan Bantuan Pangan, Mendag Zulkifli Hasan: Stok Beras Aman

Untuk itu, pihaknya meminta agar HPP gabah dapat dinaikan menjadi Rp 7.000/kg. Hal ini mempertimbangkan adanya kenaikan biaya produksi seperti biaya tenaga kerja hingga pupuk. 

"Dengan harga HPP Rp 7.000/kg, petani sudah mendapatkan untung antara 10%-15%," jelas Qomarun, Minggu (28/1). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi