JAKARTA. The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) Indonesia mengincar kue paling besar di bisnis jasa pembiayaan internasional alias trade financing khusus mata uang China alais Renminbi. "Tiga tahun ke depan kami ingin menjadi pemimpin di bisnis ini," ujar Nirmala Salli, Senior Vice President Sales Trade and Suplly Chain, Selasa (4/5).Saat ini HSBC sudah menggenggam pangsa pasar Renminbi sebesar 18% impor dan 10% ekspor. Nirmala menjelaskan, sebelumnya pemerintah China menerapkan kebijakan perdagangan internasional bagi 450 perusahaan saja.Bulan Februari, China mulai menerapkan kebijakan yang memperbolehkan semua perusahaan melakukan kerjasama perdagangan internasional dengan Indonesia. Namun, China membatasi, semua perusahaan tersebut hanyalah perusahaan yang berlokasi di lima kota, yaitu Shanghai, Guangzhou, Dongguan, Shenzhen, dan Zhuhai.Head of Trade and Supply Chain HSBC Indonesia Vincent C. Sugianto menambahkan, China juga memperbolehkan jenis transaksi non-mercantile. "Termasuk service trade dan devidends. Lingkup jasa bisnis ini meliputi deposits & withdrawals, currency exchange, remittance, import & export sevices, dan lending," imbuh Vincent.Nirmala bilang, saat ini HSBC sudah memiliki produk transaksi perdagangan internasional dengan Renminbi, yaitu L/C, bank garansi, dan pengiriman uang alias remittance. Selain menjadi yang pertama menyediakan produk di layanan trade financing Renminbi, menurut Nirmala, HSBC optimistis meraup kue terbesar karena beberapa hal.Pertama, basis bisnis HSBC kuat di Hongkong dan China. Kedua, nilai mata uang Renminbi tengah menguat sehingga menguntungkan pengusaha ekspor-impor yang bisnisnya mengacu ke China, sehingga permintaan produk perbankan terkait trade financing Renminbi akan meningkat."Selain itu, kami menyediakan produk-produk ini juga untuk mengurangi ketergantungan trade financing terhadap Dolar AS," ujar Nirmala.Saat ini, ada lima nasabah korporasi yang ada di lini bisnis trade financing Renminbi. "Nilai transaksinya masih sekitar US$ 100.000an. Meskipun kompetisi makin kuat, kami optimistis bisa pemimpin dalam tiga tahun ke depan," tegas Nirmala.Sekedar indormasi, beberapa bank yang juga memiliki produk layanan trade financing Renminbi meliputi Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Internasional Indonesia (BII), OCBC NISP, dan bank-bank asing. Bank asing ini contohnya Standard Chartered Bank, Bank of China, dan Bank UOB Buana.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
HSBC Incar Kue Trade Financing Renminbi
JAKARTA. The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) Indonesia mengincar kue paling besar di bisnis jasa pembiayaan internasional alias trade financing khusus mata uang China alais Renminbi. "Tiga tahun ke depan kami ingin menjadi pemimpin di bisnis ini," ujar Nirmala Salli, Senior Vice President Sales Trade and Suplly Chain, Selasa (4/5).Saat ini HSBC sudah menggenggam pangsa pasar Renminbi sebesar 18% impor dan 10% ekspor. Nirmala menjelaskan, sebelumnya pemerintah China menerapkan kebijakan perdagangan internasional bagi 450 perusahaan saja.Bulan Februari, China mulai menerapkan kebijakan yang memperbolehkan semua perusahaan melakukan kerjasama perdagangan internasional dengan Indonesia. Namun, China membatasi, semua perusahaan tersebut hanyalah perusahaan yang berlokasi di lima kota, yaitu Shanghai, Guangzhou, Dongguan, Shenzhen, dan Zhuhai.Head of Trade and Supply Chain HSBC Indonesia Vincent C. Sugianto menambahkan, China juga memperbolehkan jenis transaksi non-mercantile. "Termasuk service trade dan devidends. Lingkup jasa bisnis ini meliputi deposits & withdrawals, currency exchange, remittance, import & export sevices, dan lending," imbuh Vincent.Nirmala bilang, saat ini HSBC sudah memiliki produk transaksi perdagangan internasional dengan Renminbi, yaitu L/C, bank garansi, dan pengiriman uang alias remittance. Selain menjadi yang pertama menyediakan produk di layanan trade financing Renminbi, menurut Nirmala, HSBC optimistis meraup kue terbesar karena beberapa hal.Pertama, basis bisnis HSBC kuat di Hongkong dan China. Kedua, nilai mata uang Renminbi tengah menguat sehingga menguntungkan pengusaha ekspor-impor yang bisnisnya mengacu ke China, sehingga permintaan produk perbankan terkait trade financing Renminbi akan meningkat."Selain itu, kami menyediakan produk-produk ini juga untuk mengurangi ketergantungan trade financing terhadap Dolar AS," ujar Nirmala.Saat ini, ada lima nasabah korporasi yang ada di lini bisnis trade financing Renminbi. "Nilai transaksinya masih sekitar US$ 100.000an. Meskipun kompetisi makin kuat, kami optimistis bisa pemimpin dalam tiga tahun ke depan," tegas Nirmala.Sekedar indormasi, beberapa bank yang juga memiliki produk layanan trade financing Renminbi meliputi Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Internasional Indonesia (BII), OCBC NISP, dan bank-bank asing. Bank asing ini contohnya Standard Chartered Bank, Bank of China, dan Bank UOB Buana.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News