JAKARTA. Pertumbuhan jumlah orang kaya Indonesia yang diperkirakan mencapai 13% per tahun hingga 2016 nanti membuat perbankan tergiur. Salah satu bank yang akan mengeluarkan produk layanan baru bagi orang kaya atau wealth management adalah HSBC. Bank yang bermarkas di London ini, besok Rabu (18/6) akan menelurkan program baru bernama HSBC Premier. Steven Suryana, SVP & Head of Wealth Management HSBC mengatakan, untuk bisa menjadi nasabah HSBC Premier maka rekening minimal yang harus dimiliki sebesar Rp 500 juta. "Menurut survai, sebanyak 84% orang Indonesia masih mengandalkan uang cash, tabungan dan deposito," katanya di Jakarta, Selasa (17/6). Dari 84% tersebut, sebanyak 77% responden memegang tabungan dalam bentuk rupiah dan 7% dalam bentuk mata uang asing. Survai dilakukan HSBC pada 1.000 responden. Menurut Steven, survai itu menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat soal pentingnya berinvestasi dalam bentuk portofolio lain masih sangat rendah. Apalagi diketahui hanya 10% yang memiliki portofolio saham, 1% dengan obligasi, dan 5% dalam bentuk investasi lain. "Masih ada peluang besar untuk memberi edukasi ke masyarakat akan pentingnya perencanaan keuangan dan investasi," katanya.
HSBC keluarkan layanan baru orang kaya Indonesia
JAKARTA. Pertumbuhan jumlah orang kaya Indonesia yang diperkirakan mencapai 13% per tahun hingga 2016 nanti membuat perbankan tergiur. Salah satu bank yang akan mengeluarkan produk layanan baru bagi orang kaya atau wealth management adalah HSBC. Bank yang bermarkas di London ini, besok Rabu (18/6) akan menelurkan program baru bernama HSBC Premier. Steven Suryana, SVP & Head of Wealth Management HSBC mengatakan, untuk bisa menjadi nasabah HSBC Premier maka rekening minimal yang harus dimiliki sebesar Rp 500 juta. "Menurut survai, sebanyak 84% orang Indonesia masih mengandalkan uang cash, tabungan dan deposito," katanya di Jakarta, Selasa (17/6). Dari 84% tersebut, sebanyak 77% responden memegang tabungan dalam bentuk rupiah dan 7% dalam bentuk mata uang asing. Survai dilakukan HSBC pada 1.000 responden. Menurut Steven, survai itu menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat soal pentingnya berinvestasi dalam bentuk portofolio lain masih sangat rendah. Apalagi diketahui hanya 10% yang memiliki portofolio saham, 1% dengan obligasi, dan 5% dalam bentuk investasi lain. "Masih ada peluang besar untuk memberi edukasi ke masyarakat akan pentingnya perencanaan keuangan dan investasi," katanya.