HSBC Pangkas 1.100 Pekeja di Divisi Wholesale Banking



HONGKONG. Krisis finansial global membuat sejumlah institusi keuangan di sejumlah negara kalang kabut dalam mempertahankan kinerjanya. Tak ayal, banyak dari mereka yang melakukan perampingan usaha, bahkan mengurangi jumlah karyawan.

Hal inilah yang dilakukan HSBC Holdings Plc. Bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Eropa ini memangkas sekitar 1.100 karyawannya di divisi wholesale banking akibat semakin menurunnya profit. 

Menurut jurubicara HSBC yang berbasis di Hongkong Gareth Hewett, jumlah tersebut merupakan 4% dari total karyawan yang berada pada divisi ini. Catatan saja, divisi wholesale banking meliputi corporate and investment banking, serta market operation.  


Adanya pemecatan oleh HSBC itu menambah daftar panjang jumlah karyawan finansial yang kehilangan pekerjaan sejak terjadinya krisis kredit global yang terjadi sejak tahun lalu. Jika ditotal, setidaknya terdapat sekitar 120.000 pekerja keuangan yang sudah menjadi pengangguran di seluruh dunia. 

Kata Hewett, separuh dari pemangkasan karyawan tersebut dilakukan di Inggris. Sementara, pihaknya juga akan merumahkan sekitar 100 pekerja di Asia. Mayoritas dari mereka adalah para pekerja kontrak. Saat ini, HSBC memiliki sekitar 335.000 karyawan. 

“Langkah ini kami ambil sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja keuangan kami pada 2009. Apalagi saat ini tantangan yang harus kami hadapi di pasar cukup besar dan sangat berat,” jelas Hewett.

HSBC merupakan bank global pertama yang terkena dampak krisis kredit perumahan berbasis subprime di AS. Pada Februari 2007, bank tersebut mengatakan bahwa kerugian akibat kredit perumahan yang dialami bakal melebihi prediksi para analis. Pada September tahun lalu, HSBC mengumumkan untuk menutup unit Decision One subprime mortgage dan memangkas sekitar 750 karyawan.

Pada saat krisis kredit semakin meluas, HSBC mampu bertahan dibanding kompetitor lainnya. Citigroup Inc, misalnya, sudah memangkas sekitar 14.000 pekerja dan membukukan kerugian dalam tiga kuartal berturut-turut. Sementara itu, UBS AG di Swiss juga memecat 7.000 karyawannya karena telah mengalami penyusutan aset dan mengalami kerugian selama empat kuartal terakhir.

“Sektor finansial saat ini menghadapi tekanan hebat di mana pun. Semua pihak tengah berupaya untuk merampingkan bisnis mereka sehingga bisa mencapai keuntungan maksimal,” jelas Sunil Garg, pengamat ekonomi dari JPMorgan & Chase Co.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie