BEIJING. Aktivitas manufaktur China sepanjang Juni tercatat melemah menyusul penurunan angka permintaan dalam sembilan bulan terakhir, demikian hasil kajian HSBC. Indeks Pembelian, PMI, turun menjadi 48,3 dari 49,2 di bulan Mei. Angka di bawah 50 ini berarti terdapat kontraksi. Data ini mengemuka di tengah kekhawatiran kesehatan ekonomi China yang selama ini menjadi negara ekonomi kedua terbesar dunia.
Di antara sejumlah kekhawatiran yang diungkapkan para pengamat, juga terdapat ketakutan bahwa penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan dari pasar kunci China di AS dan Eropa yang mempengaruhi sektor ekspor. Qu Hongbin, kepala ekonom China di HSBC melihat sektor ini terbebani oleh memburuknya permintaan eksternal termasuk permintaan domestik yang moderat.
Reformasi ekonomi
Pekan lalu, Bank Dunia juga menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi China menjadi 7,7% dari sebelumnya 8,4% pada tahun 2013 ini. Prediksi diturunkan setelah manufaktur dan ekspor dalam tiga bulan terakhir berada di bawah harapan. Tetapi, pemimpin China saat ini menunjukkan toleransi atas penurunan pertumbuhan dibandingkan penguasa sebelumnya. Pasca krisis keuangan global pada 2008-2009 lalu China mengeluarkan sejumlah stimulus besar dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tetapi kali ini, belum ada stimulus dalam skala besar yang dikeluarkan. Beijing memilih untuk menggunakan reformasi ketimbang stimulus untuk mempertahankan pertumbuhan. “Alasannya, reformasi dianggap lebih bisa meningkatkan prospek pertumbuhan dalam jangka panjang, tetapi hanya memberi dampak terbatas di masa pendek,'' kata Qu. Bagaimanapun, sejumlah pengamat mengatakan akibat penurunan ekonomi, Beijing sepertinya akan mengambil sejumlah langkah untuk menopang pertumbuhan ekonomi. ''Kami perkirakan Bank Sentral China akan mengeluarkan kebijakan untuk meringankan kondisi moneter dalam waktu dekat,'' kata Dariusz Kowalczyk, ekonomi senior di Credit Agricole-CIB, Hong Kong.
Editor: