JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia semester II 2015 diproyeksikan berada di bawah 5%. Direktur Global Market HSBC Ali Setiawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester kedua tahun ini tidak akan banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan semester pertama. Menurut Ali, beberapa indikator pertumbuhan ekonomi seperti pertumbuhan sektor industri masih dalam keadaan melemah. Harga komoditas belum terlalu bergerak dan konsumsi masyarakat yang juga masih lemah. Sementara pertumbuhan industri otomotif juga diperkirakan masih akan melambat di semester mendatang. "Pertumbuhan ekonomi cenderung mendekati 5%, tapi saya proyeksikan masih ada di bawah 5%," kata Ali di Jakarta, Selasa (30/6). Di sisi lain, permintaan ekspor komoditas dari China dan India masih melemah. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pun masih akan mengalami depresiasi. Meski bisa membantu mengurangi tekanan impor dan membantu sisi ekspor, namun hingga saat ini dampaknya belum signifikan. Menurut Al, ekspor yang diandalkan yakni komoditas belum banyak permintaan. Berbagai tekanan internal tersebut masih belum seberapa. Indonesia masih harus menghadapi tekanan eksternal. Kondisi Eropa khususnya Yunani yang hingga kini masih belum jelas. Apabila Yunani keluar dari Uni Eropa lanjut Ali, pasar modal akan terkena imbas. Pasar keuangan di Eropa akan tertekan sehingga negara-negara Eropa akan menarik portofolio dari negara berkembang termasuk Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
HSBC: Pertumbuhan ekonomi semester II di bawah 5%
JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia semester II 2015 diproyeksikan berada di bawah 5%. Direktur Global Market HSBC Ali Setiawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester kedua tahun ini tidak akan banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan semester pertama. Menurut Ali, beberapa indikator pertumbuhan ekonomi seperti pertumbuhan sektor industri masih dalam keadaan melemah. Harga komoditas belum terlalu bergerak dan konsumsi masyarakat yang juga masih lemah. Sementara pertumbuhan industri otomotif juga diperkirakan masih akan melambat di semester mendatang. "Pertumbuhan ekonomi cenderung mendekati 5%, tapi saya proyeksikan masih ada di bawah 5%," kata Ali di Jakarta, Selasa (30/6). Di sisi lain, permintaan ekspor komoditas dari China dan India masih melemah. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pun masih akan mengalami depresiasi. Meski bisa membantu mengurangi tekanan impor dan membantu sisi ekspor, namun hingga saat ini dampaknya belum signifikan. Menurut Al, ekspor yang diandalkan yakni komoditas belum banyak permintaan. Berbagai tekanan internal tersebut masih belum seberapa. Indonesia masih harus menghadapi tekanan eksternal. Kondisi Eropa khususnya Yunani yang hingga kini masih belum jelas. Apabila Yunani keluar dari Uni Eropa lanjut Ali, pasar modal akan terkena imbas. Pasar keuangan di Eropa akan tertekan sehingga negara-negara Eropa akan menarik portofolio dari negara berkembang termasuk Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News