HSBC Syariah Kongsi Biayai Proyek US$ 150 Juta



JAKARTA. The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC Ltd.) syariah atau yang ngetop dengan sebutan HSBC Amanah Syariah konsisten melakukan ekspansi pembiayaan untuk sektor korporasi. Saat ini mereka sedang menjajaki berkongsi dengan salah satu lembaga keuangan asal Timur Tengah, dan dua bank lokal untuk mendanai proyek batubara senilai US$ 150 juta.

Kepala HSBC Amanah Syariah, Mahmoud Abushamma menjelaskan, pembiayaan ini bersifat murabhahah atau jual beli dengan cara mencicil. "Selama ini kami lebih banyak membiayai sektor korporasi di Indonesia," ungkap Mahmoud (22/9).

Soalnya, keuntungan dari sindikasi murabhahah ini cukup menggiurkan. "Oleh karena itu kami masih mencoba untuk melakukan sindikasi murabhahah lanjutan untuk proyek baru," terang Mahmoud,


Rencananya pembiayaan ini akan mengalir dalam dua tahap. Pertama sebesar US$ 100 juta. Tahap kedua sebesar US$ 50 juta. "Tenornya selama dua tahun," jelasnya.

Sayang Mahmoud masih mengunci rapat perusahaan mana yang akan mendapatkan fasilitas pembiayaan tersebut. Apakah akan digunakan untuk mendanai pembelian alat berat atau pendanaan yang lain seperti pembiayaan ekspor.

Yang jelas proses akad kredit ini akan berlangsung dalam satu hingga tiga bulan mendatang. Saat ini masing-masing bank yang berkongsi masih belum menetapkan berapa besar porsi mereka dalam kongsi itu. "Kami harapkan satu sampai tiga bulan lagi, proyek tersebut sudah berjalan. Sekalian menunggu kondisi ekonomi yang dirasa aman untuk berinvestasi," ucapnya.

Karena rencana kongsi ini semuanya belum final Mahmoud juga enggan membocorkan siapa rekanan kongsi mereka. Tapi dia janji dalam satu bulan ke depan sudah ada kepastian.

HSBC Syariah menjatuhkan pilihan pembiayaan ke sektor energi dan komoditas karena saat ini masih banyak peminatnya. Apalagi harga minyak bumi di pasar internasional masih tergolong mahal meski sudah sedikit mengalami penurunan.

Sebelumnya, HSBC Amanah Syariah sudah dua kali melakukan sindikasi murabhahah. Pertama, denganĀ  PT Pertamina dengan nilai total US$ 322 juta pada tahun 2004 dan US$ 200 juta pada tahun 2006. Terakhir dengan PT Krakatau Steel dengan nilai US$ 50 juta pada tahun 2007 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie