KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen Huawei meyakini bakal lebih banyak peluang ketimbang tantangan ke depannya dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Rotating Chairman Huawei Guo Ping mengungkapkan pihaknya berkomitmen untuk terus maju kendati mengalami sejumlah batasan dan kendala. "Dalam setahun ini, sejumlah teknologi tak tersedia lagi untuk kami. Meskipun demikian, Huawei tetap berjuang dengan gigih untuk terus bertahan dan maju ke depan di tengah segala terpaan," ujar Guo, Senin (18/5).
Baca Juga: Alami banyak tantangan bisnis, Huawei tetap percaya diri Guo melanjutkan, dalam kurun waktu lebih dari 30 tahun ini, Huawei tercatat telah menggelar lebih dari 1.500 jaringan di lebih dari 170 negara dan kawasan di dunia, atau dengan kata lain telah melayani hingga lebih dari 3 miliar manusia di bumi. Huawei juga menjadi penyedia untuk peranti cerdas bagi 600 juta penggunanya di seluruh dunia. Ia menjelaskan, tindakan blokade perdagangan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) tidak saja akan menciderai Huawei, namun juga akan merugikan bagi para pelanggan dan konsumen dalam menikmati pengalaman menggunakan produk-produk dan layanan-layanan Huawei. "Infrastruktur TIK merupakan fondasi dari terwujudnya dunia yang cerdas. Di tahun 2025 nanti, ekonomi digital diprediksikan akan mencapai US$23 triliun," tutur Guo. Bahkan menurutnya, industri TIK masih memiliki potensi yang cukup signifikan dan peluang di industri TIK akan lebih banyak muncul dibandingkan tantangan. Guo menuturkan, Huawei berkomitmen untuk berinvestasi dan berinovasi di tiga area yang menjadi pilarnya: konektivitas, komputasi, serta perangkat cerdas.
Baca Juga: Kembali tertekan kebijakan pemerintah AS, ini tanggapan Huawei Pihaknya bakal terus berkolaborasi bersama pelanggan, mitra, organisasi-organisasi standardisasi, serta seluruh pemain di industri dari beragam bidang penting, seperti rantai suplai, standardisasi, serta serta bersama-sama menggali seluruh potensi baru untuk mendorong tumbuhnya kolaborasi secara terbuka, mendukung terwujudnya pengembangan industri secara inklusif di masa depan. "Hari ini dunia telah bertransformasi menjadi sebuah sistem yang kolaboratif. Tren pertumbuhan globalisasi semestinya tidak boleh berjalan mundur. Standar kebijakan dan rantai suplai yang berantakan akibat terfragmentasi jelas tidak akan menguntungkan pihak manapun," kata Guo. Ia menilai diperlukan semangat kolaboratif industri demi menghindari dampak signifikan dari fragmentasi. Hal ini sebagai upaya memperkuat proteksi IPR, menjaga tumbuhnya kompetisi yang adil, melindungi standar global secara terpadu, serta mendukung terwujudnya rantai suplai global yang kolaboratif.
Editor: Handoyo .