WASHINGTON. Besok, Sekretaris Negara AS Condoleezza Rice berencana mengunjungi Afrika Utara. Rencananya, Rice akan mempererat kerjasama dengan negara yang disebut-sebut AS sebagai negara pendukung terorisme, Libya. Pada kunjungan tersebut, Rice dijadwalkan akan bertemu dengan pimpinan Libya Kolonel Muammar Qaddafi. Adanya rencana kerjasama kedua negara ini cukup mencengangkan dunia internasional. Pasalnya, selama 39 tahun Qaddafi memegang tampuk kekuasaan, AS memasukkan Libya ke dalam daftar negara yang mensponsori aksi terorisme, termasuk di dalamnya pengeboman pada tahun 1988 pesawat Pan Am 103 yang menuju Lockerbie, Skotlandia dan melarang perusahaan asal Paman Sam itu membuka usaha di Libya.Namun, saat ini, Libya membuka kerjasama di bidang intelijen dengan AS terkait aktivitas kelompok militan Islam Al Qaida di Afrika Utara. Tidak hanya itu, Libya juga membuka diri atas kerjasama perekonomian antar kedua negara. Beberapa di antaranya yakni dengan ditandatanganinya kontrak kerjasama atas beberapa perusahaan energi, telekomunikasi dan konstruksi AS yang nilainya mencapai miliaran dolar AS. Kerjasama itu ditujukan untuk meningkatkan produksi minyak di Libya, yang merupakan 3,4% dari cadangan minyak dunia.
Hubungan AS-Libya Makin Mesra
WASHINGTON. Besok, Sekretaris Negara AS Condoleezza Rice berencana mengunjungi Afrika Utara. Rencananya, Rice akan mempererat kerjasama dengan negara yang disebut-sebut AS sebagai negara pendukung terorisme, Libya. Pada kunjungan tersebut, Rice dijadwalkan akan bertemu dengan pimpinan Libya Kolonel Muammar Qaddafi. Adanya rencana kerjasama kedua negara ini cukup mencengangkan dunia internasional. Pasalnya, selama 39 tahun Qaddafi memegang tampuk kekuasaan, AS memasukkan Libya ke dalam daftar negara yang mensponsori aksi terorisme, termasuk di dalamnya pengeboman pada tahun 1988 pesawat Pan Am 103 yang menuju Lockerbie, Skotlandia dan melarang perusahaan asal Paman Sam itu membuka usaha di Libya.Namun, saat ini, Libya membuka kerjasama di bidang intelijen dengan AS terkait aktivitas kelompok militan Islam Al Qaida di Afrika Utara. Tidak hanya itu, Libya juga membuka diri atas kerjasama perekonomian antar kedua negara. Beberapa di antaranya yakni dengan ditandatanganinya kontrak kerjasama atas beberapa perusahaan energi, telekomunikasi dan konstruksi AS yang nilainya mencapai miliaran dolar AS. Kerjasama itu ditujukan untuk meningkatkan produksi minyak di Libya, yang merupakan 3,4% dari cadangan minyak dunia.